KakaTriaa Blog
Cerbung BaDai: Mau Tapi Malu part 4

4/20/2013 @ 9:48 PM | 0 Comment [s]


Casts: BaDai and friends

“Kenapa gas? Lu tertarik jadi ketua osis?” tanya Novi heran saat ditanyai persyaratan oleh Bagas
“Hmm bisa gak sih?”
“Ya bisa bisa aja sih…” jawab Novi
“Heh lu mau jadi ketua osis bro?” tanya Gilang mendekati Bagas yg masih ragu
“Bisa gak sih?” tanya Bagas
“Yaa bisa lah, kenapa engga?” nimbrung Difa
“Tapi gue kan sering berantem di sekolah, juga gak pernah ikut osis osis’an” ujarnya pesimis
“Eh ini kan demokrasi” ujar Salma
“Betul” jawab Gilang
“Apaan lang?” tanya Difa
“Demokrasi!” jawab Gilang polos
“Iya apaan?” tanya Dinda
“Hmm coba dijelaskan, saudari Salma” jawab Gilang
“Yeeeeeeeeee” Dinda Difa mentoyor Gilang
“Hahaha iya, ini pemilihan demokrasi; dipilih berdasarkan suara terbanyak. Gak usah khawatir, pasti bisa kok – asal lu punya visi misi yg oke yg bisa meyakini anak anak buat milih lu” papar Salma
“Tuh dengerin!” ujar Gilang
“Apaan sih lu lang, useless banget!” ucap Novi sinis
“Hahahaha mampos!” ucap Difa Dinda barengan pada Gilang
“Jadi gue bisa daftar?” tanya Bagas
“Bisa lah, lu apply aja persyaratanya – buat visi misi untuk kemajuan osis kita” Salma perjelas

Masih berpikir dengan pemilihan itu, Bagas meninggalkan ruang mading. Juga masih berpikir untuk ikut atau tidak. Di satu sisi dia ingin membuktikan kalo dia juga bisa bermafaat buat orang lain; engga cuma bisa berantem doang – tapi di sisi lain dia masih ragu akan kemampuan dia.
“Aduh… ikut, engga, ikut, engga, ikut, engga” gumam Bagas dalam hati
“Hey!” sesorang mengagetkan saat Bagas berjalan menuju kelasnya
“Ya ampun Chelsea, ngagetin aja!”
“Kamu kenapa gas? Bingung gitu? Tanya Chelsea
“Gak papa”
“Boong”
“Kenapa sih lu, pengen tau banget?”
“Ih Bagas kok gitu sih, aku kan cuma pengen tau doang”
“Gue bingung ikut pemilihan ketua osis apa engga” jawab Bagas terpaksa
“Hah?! Kamu mau jadi ketua osis gas?” tanya Chelsea kaget
“Ih kenapa?”
“Gak papa! Entar aku jadi wakil nya ya” ujar Chelsea kepedean
Bagas cuma menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat ekspresi Chelsea yg seperti itu. Dia meninggalkan Chelsea dengan masih berekspresi yg engga banget menurutnya.
“Ih gas mau kemana?” teriak Chelsea
“Toilet! Ikut?” jawab Bagas singkat dan penuh makna

***

Berkutat dengan visi misi yg ingin dibuat Bagas dalam pemilihannya nanti, membuat dia suntuk gak karuan. Banyak kertas berserakan di kamarnya, sampai lupa untuk makan malam. Otaknya buntu, sama sekali engga ada ide. Jangankan ide buat visi misi, ide inisiatif buat belajar aja engga ada. Memikirkan itu semua, rasanya kepalanya ingin pecah!
“Arggggggg!!!!!” teriak Bagas
“Kak kenapa?” tanya seorang gadis kecil yg masuk ke kamar Bagas
“Ah gak papa. Kamu udah makan de?” tanya Bagas pada adiknya
“Belum”
“Kok belum sih”
“Mau mama yg nyuapin ah”
“Yah kok gitu, kan mama belom pulang. Disuapin ama kaka aja ya?”
Gadis itu cuma mengangguk, tetap menggendong boneka kesayangannya
“Nah gitu dong, yuk!” ajak Bagas
Menyuapi adiknya itu menjadi hal yg biasa buat Bagas, mamanya memang sibuk dengan urusan kantor. Papanya apalagi, bahkan bisa diitung berapa kali dia pulang ke rumah. Untuk Bagas hal seperti itu udah biasa, tapi tidak untuk adiknya. Dia masih kecil, masih sangat kecil buat nerima itu semua. Gak heran kadang Bagas yg mengurus semua keperluan adiknya – ada mba sih yg bantu tapi dengan ketidakadaan kasih sayang orang tua terhadap adiknya, dia jadi lebih sangat manja pada Bagas. Apapun yg dia lakuin harus bersama dengan kakak kesayangannya itu.
“Nah udah abis deh” ujar Bagas setelah menyuapi adiknya
“Yeay”
“Abis itu minum susu terus bobo ya”
“Sama kaka”
“Yah kaka banyak tugas de, sama mba aja ya. Ok?”

Meninggalkan adiknya bersama pengasuhnya, membuat Bagas tenang. Kini dia bisa kembali berpusing pusing ria dengan visi dan misi.
“Ya ampun apaan ya ini visi misinya”
“Butuh inspirasi!”
“Cindai!”
“Apa gue telpon dia ya?”
“Nah kan bingung lagi! Belom abis bingung ama visi misi, sekarang bingung mau nelpon atau engga!”
“Ya ampun idup gue sekarang complicated banget!”
“Bodo ah, telpon aja! Haaaah” Bagas menghela napasnya
Jantung berdetak gak seperti biasanya, lebih cepat dan lebih cepat. Sesekali menarik napas berusaha untuk merilekskan diri sampai akhirnya…
“Halo” suara Cindai terdengar di ujung telpon
Bagas belum berani menjawabnya, masih sibuk menata irama detak jantungnya
“Gas?” tanya nya
“Ndai…” akhirnya Bagas bersua
“Hay”
“Hai”
“Gas kamu gak papa? Kok suaranya gitu?”
“Gak papa ndai. Lagi apa?”
“Lagi nulis nulis aja”
“Nulis diary lagi?”
“Hahaha engga”
Abis itu mereka diam sejenak, engga ada percakapan di dalam telpon itu. Cindai ataupun Bagas sama sama diam di ujung telpon sana, tapi kediaman mereka sudah membuat lega satu sama lain.
“Ndai…”
“Iya gas…”
“Disana mati lampu gak?”
“Hah?! Engga haha emang kenapa?”
“Gak papa haha”
“Gas…”
“Iya ndai…”
“Be nice ya di sana”
“Emang gue nakal ya?”
“Ya sedikit hehe”
“Udah engga kok”
“Serius?”
“Iya”
“Kok bisa?”
“Karena…”
“Karena?”
“Karena…”
Tut tut tut tut tut tut tut…
“Yah kamfret pulsa gue abis!!!” ujar Bagas kesal
“Karena… gue mau menuhi harapan lu ndai” gumam Bagas seolah olah masih tersambung

-bersambung-

Label: ,



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria