KakaTriaa Blog
Cerbung BaDai: Mau Tapi Malu part 9

4/25/2013 @ 6:49 PM | 0 Comment [s]

Casts: BaDai and friends

Ketika seseorang sudah merasa tertekan, memang bisa saja dia mengatakan hal yg sebenernya engga ingin dia katakan. Seperti Bagas yg keceplosan ngomong perasaan sebenernya terhadap Cindai. Bagas baru menyadari apa yg baru saja dia ucapkan, langsung pergi meninggalkan Cindai begitu saja. Cindai juga engga bisa berbuat apa apa, dia cuma terdiam – kaget mendengar Bagas bilang seperti itu.
Setelah kejujuran Bagas yg tidak sengaja itu, membuat Bagas menjadi lebih pendiam dan tertutup hari ini. Dia engga seperti Bagas belakangan ini yg sering dateng ke ruang mading. Anak anak mading pun keheranan akan hal itu.
“Bagas kemana ya? tumben hari ini dia gak ke sini” tanya Gilang ke anak anak di ruang mading
“Iya kemana ya? tumben banget” tambah Difa
“Biasanya dia sering kesini, ya walaupun engga ngapa-ngapain sih” tambah Novi
“Bagas kemana ndai?” tanya Gilang ke Cindai yg dari tadi hanya diam
“Hah? Apa?” tanya Cindai
“Yee ngelamun ya?” tanya Gilang
“Ah engga… tadi ngomong apa lang?”
“Bagas kemana? Kok gak keliatan daritadi”
“Oh gak tau, lagi sibuk urusan osis kali” jawab Cindai mengira ngira
“Oh iya bener ya, lagi sibuk kali” ujar Novi menambahkan
Cindai yg dari tadi sebenernya masih belum bisa untuk tidak memikirkan omongan Bagas tadi. Dia bener bener kaget mendengar Bagas ngomong seperti itu, ingin sekali menanyakan nya lagi tapi sejak kejadian itu dia tidak melihat Bagas sama sekali. Cindai pun gusar, apapun project mading yg dia kerjakan – engga ada satu pun yg bener.
“Lah ndai, kok kayak gini?” ujar Salma kaget melihat kerjaan Cindai
“Ah?!” tanya Cindai polos
“Ini kenapa kok jadi begini, mestinya kan engga begini” Salma menjelaskan
“Oh ya ampun, maaf maaf ya…” ujar Cindai dan baru menyadari kalo perkerjaannya engga banget.
Anak anak yg melihat itu cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala. Mereka melihat Cindai yg engga biasa - engga biasa melakukan kesalahan seperti itu. Mereka juga tau, pasti Cindai lagi ada sesuatu yg sedang dipikirkannya. Tapi rupanya mereka engga berani untuk menanyai lebih jauh tentang masalah Cindai, mereka paham betul kalo Cindai saat ini belum mau menceritakan apapun ke mereka.
“Aku keluar bentar ya” ujar Cindai beranjak dari kursinya

Anak anak hanya menganggukan kepala mereka. Meninggalkan ruang mading, sebenernya engga ada tujuan untuk Cindai tuju. Dia cuma keliling keliling sekolah aja berharap bisa menemukan seseorang. Ada sejuta pertanyaan yg mengganjal di otaknya atas omongan Bagas tadi, ingin rasanya dia bisa menemui Bagas pada saat itu – berharap bisa mendapatkan kejelasan atas omongannya. Namun menelusuri beberapa tempat di sekolah, dia sama sekali engga bisa melihat Bagas. Bagas seperti di telan bumi, dia langsung menghilang begitu aja.
Tapi Cindai seperti punya insting yg kuat, ketika dia datang ke ruang teater – dia menemukan Bagas disana sendiri dan diam.
“Hi” sapa Cindai memecahkan lamunan Bagas
“Oh elu” jawab Bagas cuek saat melihat seseorang menyapanya
“Lagi ngapain di sini?” tanya Cindai dan kini duduk tepat di samping Bagas
“Lu sendiri ngapain di sini?” tanya balik Bagas
“Tanya balik tanya…”
“Gak lagi ngapa ngapain” jawab Bagas tertunduk – gak mau menatap Cindai
“Oh…”
Sepertinya udah biasa ketika mereka hanya berdua terjadi suatu moment dimana mereka tidak saling ngobrol satu sama lain. Sebenernya banyak hal yg ingin ditanyakan Cindai tapi saat duduk berdua bersama orang yg ingin ditanyainya banyak hal – dia jadi mendadak tidak tau mau ngomong apa. Bagas pun demikian, sebanyak apapun yg pengin dia omongin ke Cindai tapi saat bertemu malah tak ada satu pun yg keluar dari mulutnya – yg ada malah dia bertingkah aneh.
“Kok diem aja sih” tanya Cindai berusaha mencairkan ketegangan
“Gak papa” jawab Bagas cuek
“Marah ya…” ujar Cindai menyenggol badan Bagas
“Engga”
“Tapi kok diem aja”
“Yaa pengen aja”
“Ohh gitu?” tanya Cindai senyum
Bagas cuma menganggukan kepalanya tapi tetap dia tidak berani menatap Cindai
“Yakin?” tanyanya lagi
“Hmm yaudah deh, aku pergi dulu ya…” ujar Cindai beranjak dari duduknya
“Eh ndai tunggu” ujar Bagas memegang tangan Cindai untuk tidak pergi
“Kenapa?” tanya Cindai – melihat Bagas begitu berharap agar dia tidak pergi
“Duduk dulu” pinta Bagas
“Kenapa…?” tanya Cindai lagi yg kini udah duduk kembali di samping Bagas
“Hmmm… gue tau lu kesini mau ngapain”
“Oya? Mau ngapain coba?!”
“Mau nanya omongan gue tadi kan?”
“Hmm omongan yg mana ya?” tanya Cindai pura pura engga ingat
“Yg tadi…”
“Yg tadi mana?”
“Ih males ah!”
“Ih ngambek mulu” senggol Cindai
“Lagian!” gerutu Bagas
“Jadi?!”
“Jadi apa?!” Bagas balik tanya
“Ya jadi mau ngomong apa?!”
“Hmmm omongan gue yg tadi itu bener”
“Omongan yg mana sih?”
“Yg di ruang mading!”
“Yg mana?!”
“Yg… yg… yg… gue … bilang … suka … sama … lu …”
“Apa?!”
“Ck ih! Gue suka sama lu” ujar Bagas yg kini omongannya lebih jelas
“Hah?! Serius?” tanya Cindai
“Emang muka gue keliatan gak serius ya?”
“Hahahaha” Cindai ketawa melihat ekspresi Bagas yg malu malu seperti itu
“Kok ketawa sih?!”
“Abisnya kamu lucu”
“Yee ini serius juga!” ujar Bagas lesu
“Hahaha iya iya iya… ngambek mulu”
“Gue sayang sama lu” ujar Bagas yg kini lebih sangat serius
“Hmmmm…” Cindai cuma menjawab seperti itu
“Gimana?” tanya Bagas
“Gimana apanya?” tanya Cindai
“Hmm… Cindai sayang gak sama Bagas?” ujar Bagas sangat manis
“Hmm… Kita kan masih SMP gas…” ujar Cindai
“Iya sih…” ujar Bagas lesu
“Tapi perasaan kan gak bisa diatur ndai. Dia jahat! Dia engga memilih waktu kapan dia akan datang, dia juga engga pandang bulu kapada siapa dia akan datang. Dia datang sesukanya, kepada siapapun dan kapanpun. Kadang dia membuat kita lebih semangat, kadang juga dia bisa membuat kita engga berkutik – kayak aku sekarang. Terus apa itu salah aku ndai? Salah aku kalo aku punya perasaan itu sama kamu?” ujar Bagas menatap Cindai

Cindai menatap Bagas dalam, dia engga menyangka Bagas bisa ngomong seperti itu. Omongannya Bagas memang ada benarnya, kita engga bisa menolak saat perasaan sayang datang, kita juga engga bisa milih untuk siapa perasaan sayang itu – semuanya terjadi secara alami tanpa tau bagaimana awalnya.
“Bagas cuma mau jujur aja sama Cindai. Biar Cindai selama ini engga salah paham kalo misalkan Bagas sering jutek, cuek, uring uringan gak jelas – itu semua karena kebodohan Bagas. Bagas yg gak tau mesti bersikap gimana kalo di deket Cindai”

-bersambung-

Label: ,



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria