KakaTriaa Blog
Ospek oh Ospek

7/06/2013 @ 12:47 PM | 0 Comment [s]

Casts: BaDai

Pintu gerbang sekolah mulai dibuka oleh penjaga sekolah. Penjaga sekolah yg sudah bertahun tahun mengabdikan dirinya untuk sekolah itu, selalu ontime buat membuka dan menutup gerbang. Mungkin walaupun engga tergantung jam dinding di posnya, dia tetep tau kapan ia harus membuka dan menutup gerbang tinggi dan besar itu. 
Hari ini menjadi hari baru buat anak anak yg baru masuk ke dunia SMA. Walaupun belum boleh resmi menggunakan seragam putih abu abu tapi setiap anak pasti feel excited buat masuk ke sekolah baru dengan lingkungan dan teman teman yg baru. Banyak anak anak masih berseragam biru putih mulai memasuki sekolah. Sekolah berlantaikan 3 dan berletel U itu cukup besar menampung ratusan siswa baru. Spanduk spanduk bertuliskan selamat datang terpampang jelas di atas gerbang sekolah, bak welcoming words yg sering diucapkan kepada tamu hotel. Kalo bisa diisyaratkan, hari ini seperti hari festival yg penuh suka cita. Semua dari mereka yg masih berseragamkan biru putih, berpenampilan sangat parody; cewek cewek diharuskan mengikat rambutnya dengan 10 ikatan dan diikat dengan sedotan warna warni sementara cowok cowok engga terlalu ekstrim seperti cewek cewek, mereka hanya diwajibkan mencukur rambutnya, bak seperti masuk ke dalam pendidikan kepolisian. Hanya itu yg membedakan antara cewek dan cowok, sisanya sama saja; mereka semua berkalungkan papan karton bertuliskan nama mereka, bertaskan karung beras, berkaos kaki putih dan hitam dan mengenakan topi karton bersegi lima persis seperti yg dipakai para wisudawan. 
Bagas dan Cindai sudah memasuki sekolah barunya. Selepas kelulusan SMP, mereka memutuskan buat sekolah di sekolah yg sama. Teman teman SMP nya sudah tau semua kalo Bagas dan Cindai adalah… ya you know, mereka saling suka dan saling menyayangi.
Berjalan menuju lapangan central, tepat semua anak anak baru berkumpul, “gas, aku deg deg’an nih” ujar Cindai
“santai aja ya” ucap Bagas menenangkan
“duh nanti diapain ya… aku engga banget deh, penampilannya kayak gini”
Bagas langsung menghentikan langkahnya dan mengarahkan tubuh Cindai untuk diperhatikannya secara detail, “kenapa?” tanya Cindai aneh
“kamu…” ujar Bagas
“iya kenapa?”
“kamu…”
“ish nyebelin! aneh ya rambutku?” tanya Cindai memegang sedotan sedotan di rambutnya
Bagas menaruh kedua tangannya di pipi Cindai sambil menyunggingkan senyuman manis, “kamu cantik!” ucap nya
“ihhh bagas…” respon Cindai malu malu sambil mencubit perut Bagas
“hahahaha ciyus deh, enelan” ucap Bagas tertawa lepas
“ih alay banget, inget gas kita udah SMA! jangan alay gitu ah!” cibir Cindai
“yeee alay kan proses pendewasaan, entar kalo udah dewasa juga alaynya udah ilang” jawab Bagas ngeles
“kamu tuh!” ucap Cindai kembali mencubit perut Bagas. Namun ditangkisnya oleh Bagas dan sekarang malah ia menggenggam tangan Cindai dengan erat.
“WOOOOOOYYYY!!!!!!!!” teriak kaka senior menggunakan toa di lapangan dan mengagetkan Bagas dan Cindai
Kaka senior berambut pendek itu sudah memperhatikan Bagas dan Cindai dartadi. Merasa jengkel dengan apa yg diliatnya, diteriakan suara kencengnya menggunakan toa untuk menegur Bagas Cindai di ujung lapangan sana, “ini sekolah! bukan bioskop!” tambah kaka senior dengan murka
Bagas Cindai mulai berekspresi harap harap cemas. Menyamperi si kaka murka itu dengan tampang seperti belum sarapan dan dengan perasaan seperti mau muntah. Melewati anak anak ospek lain di lapangan dan dilirik oleh ratusan pasang mata, entah lirikan yg seperti apa tapi yg jelas Cindai berjalan ke depan sambil menunduk pasrah, sementara Bagas terlihat lebih woles, “iyaa kak” ujar Bagas Cindai serempak di depan lapangan
“ngapain kalian ke sini?” tanya kaka senior masih menggunakan toa nya
Bagas Cindai hanya melirik satu sama lain dengan heran dan mulai beranjak pergi, “heh! mau kemana kalian?” tanya kaka senior menghentikan langkah mereka
“siapa suruh pergi?!” tanya kaka senior lagi dengan ketus
“tadi kan kaka bilang…” ujar Bagas
“heh! pake ngejawab lagi!!!” potong kaka senior
“hey ada apa sih nih ribut ribut?” ujar seseorang tiba tiba
“mereka nih, anak baru buat ulah!” jawab kaka ketus
“ulah gimana?”
“maaf ka tadi kita engga tau kalo acaranya udah mulai, kita masih di belakang – belom masuk barisan” ujar Cindai mengklarifikasi
“ooh… gitu doang?” 
“gabriel…!!! engga bisa gitu dong!” ucap kaka ketus masih tak terima
“via… udah deh cuma gitu doang juga!” ujar Gabriel mencoba bijaksana
Merasa tak dihargai, Via si kaka ketus beranjak pergi meninggalkan percakapan yg menurutnya gak guna itu. Kembali ke barisan yg dipimpinnya dengan hati dan perasaan yg masih engga terima dengan sikap Gabriel, si ketua osis di SMA negeri 68 ini, “udah engga usah ditanggepin, kaka via emang begitu” ujar Gabriel
“iyaa kak” jawab Bagas Cindai
“eh niwey kalian masuk kelas apa?” tanya Iel
“aku X3 kak” jawab Cindai
“aku X4 kak” jawab Bagas
“oh X3, berarti masuk barisan aku. kenalin, aku gabriel – ketua barisan kelas kamu sekaligus ketua osis di sini” ujar Gabriel senyum sambil mengulurkan tangannya ke Cindai
“oh aku cindai kak” jawab Cindai sambil menyambut uluran tangan Gabriel
“makasih ya ka tadi udah belain kita” tambah Cindai masih bersalaman dengan Iel
“iya sama sama” jawab Iel
“ehem ehem!!!” Bagas berdehem meng’interrupt moment perkenalan Cindai dan Gabriel
Bagas melirik Cindai dengan sorotan matanya yg tajam kemudian memalingkan wajah kesalnya, merasa engga suka melihat moment perkenalan Cindai dan Gabriel, ‘apa deh Cindai, ngapain salaman lama banget’ batin Bagas
“oh okay, kalo kamu siapa?” tanya Gabriel ke Bagas
Bagas engga menjawab secara langsung, dia hanya menunjukan papan namanya – masih dengan wajah kesalnya. Cindai melihat Bagas dan ia sangat mengerti dengan sikap Bagas yg seperti itu, “dia bagas kak” ucap Cindai menjawab pertanyaan Gabriel
“okay. kamu kelas X4 kan? bentar aku panggilin ketua barisan kamu ya” ujar Gabriel sopan dan pergi
“kamu ngapain sih tadi salaman ama dia segala!” bisik Bagas kesal
“cuma salaman doang gas…” balas Cindai
“yaa tapi engga usah lama lama gitu kale, pake senyum senyum segala lagi!”
“dia nya senyum, masa aku engga bales sih”
“awas entar jadi suka loh!”
“apa deh gas, engga usah mulai”
“kamu duluan!”
“hey… kenapa?” tanya Gabriel yg baru datang kembali bersama seseorang, “kenalin, ini bella. ketua barisan kelas kamu gas” tambah Gabriel
“hallo… bella” ucap Bella menujulurkan tangannya ke Bagas
“hallo kak, bagas” respon Bagas juga menjulurkan tangannya
“udah yuk ke barisan” ajak Bella dan pergi dengan menggandeng Bagas. Meninggalkan Cindai dan Gabriel. Gabriel udah engga heran dengan ke’easy going’an sikap Bella, ia biasa aja saat melihat Bella langsung menarik tangan Bagas. Namun menyisakan Cindai dengan perasaan heran dan jengkelnya, ‘apa apaan sih bagas! mau maunya digandeng!’ batin Cindai emosi
“udah yuk ke barisan” ajak Gabriel
“eh iya yuk ka” jawab Cindai linglung
--- 

Setelah mengikuti serangkain kegiatan ospek, kini dijeda dengan acara yg lebih fun. Ada pertunjukan ekskul di lapangan, setiap kelompok ekskul mendemokan kegiatannya di lapangan untuk menarik semua anak anak baru. Sudah menjadi rutinitas yg sangat sangat wajar saat ospek seperti ini menjadi ajang promosi buat setiap kelompok ekskul. Dari ekskul yg biasa aja sampe yg wah banget, dipamerkan di tengah lapangan. Semua anak tertuju pada central lapangan itu, mungkin cuma Bagas dan Cindai yg pikirannya kemana mana. Bagas menelongok kiri kanan mencari cari Cindai dari sekian banyaknya anak anak baru di sekolah. Begitu juga Cindai, perasaannya masih bête saat terakhir melihat Bagas digandeng kaka senior seperti tadi.
Usai memamerkan beberapa ekskul, kini saatnya giliran kaka kaka osis mendemokan kebolehan mereka.  Engga ada panggung di lapangan itu, hanya ada sound system yg besar di kiri kanan dan ada beberapa orang yg mengatur sound tersebut. Guru guru sudah engga ada di lapangan, mereka hanya ada saat pembukaan acara ospek tadi – sisanya sudah diserahkan oleh kaka kaka osis yg mengatur jalannya ospek, “okay… 68 are you ready to rock?!!!” ujar kaka kelas yg bertindak sebagai mc dadakan
“kali ini kita mau mendengarkan nyanyian dari kaka terganteng di sekolah kita. mau?!” tanya mc dan dijawab sorakan setuju dari semua anak yg ada di lapangan
“okay kita panggil bareng bareng yoo! gabriel gabriel gabriel…” panggil mc dan anak anak serempak memanggil si ketua osis untuk bernyanyi menghibur mereka
Semuanya bersorak bergemuruh memanggil si kaka ketua osis dan semakin bersorak saat ia datang dengan mempesonanya, menyihir cewe cewe yg melihatnya, “hallo semua!!!” sapa Gabriel ke semua anak baru
“hallo…!!!” jawab mereka yg sebagian besar cewek cewek
“okay hmm kali ini aku mau menyanyikan sebuah lagu, salah satu lagu favorite ku. are you ready?!” tanya Gabriel melalu mic nya dipegangnya
“yeaaayyy!!!” jawab semuanya, engga hanya anak baru. Kaka kaka kelas di pinggir lapangan yg melihatnya juga sangat excited ingin mendengarkan Gabriel bernyanyi
Operator music mulai memutarkan musiknya, speaker yg cukup besar itu mampu membuat seisi sekolah dan lingkungan sekolah mendengar jelas music dari lagu ‘Berhenti di Kamu’ dan seketika langsung merasakan hawa hawa galau di satu sekolah. Seolah seirama dan sejalan, sebagian dari mereka mengangkat tangan dan mengayun ayunkannya ke kanan kiri mengikuti kegalauan dari lagu Anji itu. Gabriel mulai menyanyikan first bait dalam lagu itu sambil menunduk dan penuh penghayatan, 

Tiap aku mendengar suara kamu
Rasanya mau bilang iya
Maafkan kamu, terima kamu kembali

Belum lagi melanjutkan ke bait berikutnya. Gabriel mulai berjalan ke arah penonton. Menarik salah satu penonton untuk menemaninya menyanyi di depan public. Ditariknya Cindai, satu satunya anak baru yg dikenalnya. Cindai hanya heran dan kaget saat Gabriel mendekatinya, menarik tangannya dan mengajaknya menuju depan lapangan. Semua anak yg melihat hanya bisa meledek dengan sorakannya. Walaupun belum semua anak baru saling kenal tapi melihat kaka ketua osis terganteng di sekolah mengajak cewe dari kerumunan mereka, jelas membuat mereka iri dan jerit histeris. 
Di tengah lapangan Gabriel dan Cindai menjadi sorotan semua mata. Hanya ada mereka berdua di depan lapangan. Gabriel masih menggenggam tangan Cindai dengan erat. Sementara Cindai masih dengan tampang heran dan was wasnya. Gabriel siap melanjutkan lagunya kembali, 

Aku tahu kamu sangat menyesal
Akupun juga tak sempurna
Cerita kita tiada yang bisa gantikan

Sebelum melanjutkan ke reff, Gabriel mulai meletakkan genggamannya dengan Cindai tepat di dadanya. Seperti penyanyi papan atas yg mencoba professional dalam setiap performnya, Gabriel mencoba menghayati lagu itu. Entah apakah lagu itu memang memiliki history tersendiri buat Gabriel atau tidak tapi yg jelas matanya mulai berkaca kaca dan tindakannya mendapat respon teriakan dari semua anak di pejuru sekolah,

Reff:
Namun ada satu yang terjadi
Hatiku cinta kamu tapi tak bisa mau kembali lagi, ulang semua 
Aku tak mau lukai kamu
Tubuhku butuh kamu tapi tak bisa rasa seperti dulu
Rusak sudah aku

Di sisi lain, Bagas yg menjadi salah satu dari ratusan penonton tak bisa berbuat apapun kecuali diam. Diam dalam kecemburuan yg amat dalam, batinnya ingin berontak dan menghentikan itu semua tapi sepertinya tindakannya akan sangat konyol kalo ia merusak acara ospek itu. Keadaan kontras dengan Gabriel yg mencoba menghayati lagu galau itu, Bagas sudah terlebih dahulu galau mendengar lagu itu. Melihat gadisnya itu dengan orang lain menjadi background dari music itu. Sorotan matanya tajam menuju depan lapangan, sama sekali tak mau untuk mengedipkan mata. Mata dan hatinya kini sama sama merah karena melihat, mendengar dan merasakan hal yg sangat menguras perasaan itu. Komentar teman baru di sampingnya pun tak digeming, “wah tau banget kak iel cewek yg manis, ya gak gas?” sikut seorang teman di samping Bagas. Namun Bagas masih tertegun dalam lamunannya,

Kalau ku ingat-ingat lagi sayang
Hatiku berhenti di kamu
Cerita kita tiada yang bisa gantikan
Namun ada satu yang terjadi
Hatiku cinta kamu tapi tak bisa mau kembali lagi, ulang semua 
Aku tak mau lukai kamu
Tubuhku butuh kamu tapi tak bisa rasa seperti dulu
Rusak sudah aku
Repeat reff:
Aku yang dulu rusak sudah aku
Aku yang dulu rusak sudah aku

Gabriel menyudahi lagu itu dengan manis sambil memeluk gadis yg diajaknya berdampingan itu, sambil menyelipkan bisikan “makasih ya ndai” ucapnya dalam bisikan
“ya sama sama kak” jawab Cindai dengan polosnya 
Dan lagi dan lagi, satu lapangan di sekolah berjerit histeris dan memberi applause yg meriah untuk mereka berdua yg udah menyuguhkan music dan sedikit drama yg manis di tengah lapangan.
“cabut ah!” ucap Bagas pergi yg sudah tak tahan melihat mereka berdua
“eh mau kemana gas?!” tanya seorang temannya
“hey gas mau kemana?” tanya seorang tiba tiba menghentikan langkah Bagas
“eh ka bella, mau ke toilet ka” jawab Bagas mengada ngada
“ooh… ih kamu kenapa tampangnya kayak lagi bête gitu?” tanya Bella kepo
“ah engga papa kok ka”
“hmm… oya nanti bantuin aku ya?”
“bantuin apa ka?”
“udah nanti aku jelasin, yaudah katanya mau ke toilet. aku tunggu di sini ya” saran Bella
--- 

Setelah tadi diisi dengan music, kini ospek  juga dihiasi oleh beberapa dancer yg ber’dance. Dari yg tradisional sampe yg modern, semuanya ditampilkan oleh kelompoknya masing masing. Ada Bella juga di sana yg menjadi salah satu dancer di group modern dance. Menampilkan dance dengan apik dari lagu yg nghits sekarang ini, cukup beralasan kalo dia menjadi sorotan anak anak baru, secara look semua yg melihat tau kalo dia cantik.
Mengubah suasana mellow tadi menjadi lebih up beat membuat semuanya kembali on fire. Apalagi saat mc sekolah itu mulai membuat games untuk beberapa dancer cantik itu. Mc memberi peluang buat anak anak baru untuk membuat rayuan untuk siapapun anggota dance yg diidolakannya. Banyak yg mengangkat tangan saat mc memberi tantangan itu, semua dari mereka tak lain dan tak bukan adalah cowo cowo yg dari tadi ‘takjub’ melihat para dancer ber’dance. Tak terkecuali Bagas yg mengangkat tangan dari puluhan siswa yg berani, “nah kamu! yg di sana, bagas rds?” teriak seorang mc memanggil salah satu pengangkat tangan
Disebutnya nama Bagas, sontak membuat Cindai langsung melihat ke arah yg ditunjuk mc itu. Memang benar, diliatnya Bagas mengangkat tangan dari belakang sana. Bagas mulai berjalan menuju depan lapangan dan Cindai hanya melihatnya dengan pikiran yg penuh tanda tanya, ‘ngapain sih si bagas ikut begitu gituan’ batin Cindai mulai bête 
Ada beberapa anak yg dipanggil dan salah satunya adalah Bagas. Mereka sudah berdiri di lapangan bersama anggota dance tadi. Sudah siap diinterview oleh mc amatiran itu. Ditanyai nya dengan pertanyaan standard, hanya nama dan kelas. Sampai akhirnya sekmen itu pun dimulai, “okay ngerayu nya satu satu okay? kamu dulu deh, bagas rds – kamu mau ngerayu siapa diantara kaka kaka kelas yg kece kece ini?” tanya mc
“hmmm… kak bella ka” jawab Bagas melalui mic nya
“huuuuh… bella? c’mon girl” ucap mc mengajak Bella
“anyway kenapa kamu milih bella?” tanya mc basa basi
“dia cantik ka” ucap Bagas senyum dan dibalas senyum juga oleh Bella
“yaa eperibodi knows… okay baiklah silahkan dirayu bella nya” ucap mc mempersilahkan
Dikeluarkannya jurus rayuan ‘bapak kamu’ oleh Bagas. Kadang terdengar jayus tapi tak apa, yg penting mereka yg melihat tertawa melihat kekonyolan Bagas. Kekonyolan Bagas pun engga sampai situ saja, dia engga hanya merayu tapi mulai berani mencolek dagu Bella dengan genit dan membuat semua orang di lapangan tertawa. 
“ish!!! apa apaan sih bagas!!!” ujar Cindai dengan kesal di kerumunan penonton
“kenapa ndai?” tanya seorang di sebelahnya dan Cindai hanya menjawab dengan gelengan kepalanya saja
Kembali ke lapangan, masih dengan rayuan gombal Bagas. Sekmen seperti ini emang harus dibatasi, kalo engga akan membutuhkan waktu yg panjang untuk menyudahkan, menyudahi juga dari permintaan anak anak yg mulai konyol seperti, “kiss, kiss, kiss, kiss, kiss” pinta anak anak kompak
Mc hanya bingung mendengar permintaan anak anak seperti itu, sadar kalo itu bukan hal yg pantas akhirnya mc menyudahkan sekmen rayuan Bagas dengan bella itu.
--- 

Seharian sudah ospek di sekolah itu. Bel sekolah udah dibunyiin, waktu nya pulang dan bisa dengan segera melepaskan rasa lelah yg sudah mendera hampir semua anak. Cindai bergegas mengambil tas karungnya di kelas, tanpa basa basi dengan teman teman baru nya – ia langsung pergi meninggalkan kelas dan meninggalkan sekolah. Engga jauh berbeda dengan Bagas, ia pun dengan cepat merapihkan semua barang bawaannya di kelas dan bergegas pergi. 
Mereka meninggalkan sekolah dengan langkah tergesa gesanya. Belum bertemu satu sama lain, belum sempat menjelaskan satu sama lain – pikiran dan perasaan mereka masih sama sama belum tenang. Niat awal yg berangkat bareng dan pulang harus bareng pun, agak berbelok setelah kejadian ospek tadi. Cindai masih berjalan setengah berlari meninggalkan sekolah dan mulai keluar meninggalkan gerbang. Sampai akhirnya langahnya dihentikan oleh seseorang yg suaranya familiar untuknya itu, “cindai… ndai… cindai!!!” teriak Bagas
Bagas berlari menyamai langkah Cindai dan menjegatnya “hey hey hey… kamu kenapa?” tanya Bagas
Cindai engga menjawab, wajahnya sudah menjawab kalo ia sedang bête dan engga mau diinterogasi seperti itu, “aneh!” ucap Bagas dengan senyum mirisnya
“ih kenapa kamu?” tanya Cindai heran
“kamu yg kenapa?” balas Bagas
“apaan sih!”
“kamu yg apaan!?”
“udah deh gas engga usah muter muter, aku capek mau pulang!” ujar Cindai mencoba menyudahkan dan pergi
“eh tunggu! kamu tadi ngapain sama gabriel, hah?!” tanya Bagas agak meninggi
“hah?!” respon Cindai dan menghentikan langkahnya
Memutar balik ke belakang, melihat Bagas sudah dengan sorotan matanya yg marah, “aku? sama ka gabriel? engga ada apa apa” jawab Cindai
“oya? tapi romantis banget ya” tambah Bagas
“aku aja engga tau tadi tiba tiba ka iel ngajak aku ke depan, bener!” Cindai mengklarifikasi
“oooooooohhhh….” Respon Bagas cuek dan meninggalkan Cindai yg dengan sabar berusaha menjelaskan semua itu
“gasss!!! ish nyebelin!!! kamu sendiri tadi ngapain pake ikut ngerayu rayu segala?” kini Cindai tanya balik
“hah?!” respon Bagas menghentikan langhahnya
“iyaa… ngapain kamu tadi?! ganjen ganjen’an sama bella! ishhh!!!” tanya Cindai marah
“siapa yg ganjen ganjenan? tadi aku cuma disuruh doang… itu berdasarkan script aja, biar rame” Bagas mengklarifikasi
“colek colek dagu gitu juga berdasarkan script?” masih tanya Cindai
“yaelah cuma dagu doang…” jawab Bagas cuek
“oh gitu… yaudah tadi juga aku cuma pegangan doang” ucap Cindai engga mau kalah
“eh kamu sih kebangetan! aku cuma colek doang, kamu apa? dipeluk, dipegang!!”
Cindai engga menjawab apapun, kali ini omongan Bagas memang benar. Mungkin dirinya telah berbuat jauh, menyakiti hati Bagas. Cindai hanya menunduk, “ndai…” ucap Bagas mengangkat dagu Cindai
“kalo kamu tau rasanya… itu sakit banget loh!” tambah Bagas, “ngeliat tadi kamu salaman lama sama iel aja udah pedes, apalagi pegangan sama pelukan kayak tadi” tandasnya
“kamu juga tadi pegangan sama bella kan?” ujar Cindai
Bagas menarik napasnya panjang, mulai kembali meletakkan kedua tangannya ke pipi Cindai, “ndai… maafin bagas ya tapi cindai juga janji engga ngulangin lagi, engga nyakitin bagas lagi” ucap Bagas menatap Cindai
Cindai mengangguk senyum dan memeluk Bagas yg hanya beberapa centi tepat di hadapannya, “maafin cindai juga ya gas…” ujar Cindai
“iya sama sama” jawab Bagas sambil menyambut pelukan Cindai
“baru hari pertama aja udah begini. gimana besok besok” kata Cindai
“makanya bagas sekolah di sini juga buat jagain cindai”
Cindai melepaskan pelukan itu dan menatap Bagas heran, “jagain gimana?” tanyanya
“iya jagain kamu dari cowo cowo macam iel itu” jawab Bagas
“hahaha kebalik!” ujar Cindai mencolek hidung Bagas
“hah?! maksudnya?” tanya Bagas tak mengerti
“ada juga aku yg jagain kamu dari cewe cewe macam bella!” jawab Cindai
Bagas hanya tersenyum mendengar ucapan Cindai yg dari tadi engga mau kalah, “iya udah… saling menjaga aja gimana?” tanya Bagas sambil mengulurkan tangannya – mengajak saling berpegangan
“saling menjaga!” jawab Cindai senyum dan menyambut uluran tangan Bagas
Kembali ke rencana awal, mereka pulang bersama dengan saling berpegangan satu sama lain. Ditemani jalan yg sudah sepi dan mendung, mencover hari mereka sepulang ospek itu. Awan saat itu juga bisa mengcover hari pertama mereka saat mulai memasuki dunia SMA – mendung tapi tetap terasa sejuk. Berjalan bebarengan seperti dulu dulu, mencoba melupakan kejadian barusan, “mestinya di papan nama itu bukan ditulisin nama ya ndai” ujar Bagas
“hah? mestinya apa gas?” tanya Cindai
“tulisnya taken atau single aja” jawab Bagas tertawa
“hahahaha dasar pecel”

-the end-

Label:



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria