KakaTriaa Blog
Kisah Kasih di Sekolah

8/01/2013 @ 4:18 PM | 0 Comment [s]

“hmm maaf ka aku pulang bareng bagas” ujar Cindai lalu melirik Bagas dengan yakin
“oh gitu hmm…” ucap Iel, “okay” tambah Iel lalu tarik napas panjangnya
“sorry ya ka” ucap Cindai tak enak hati
“gak papa… santé aja!” kata Iel mencoba baik baik saja
Bagas terlihat lega mendengar jawaban Cindai itu, wajahnya mengguratkan senyuman puas. Namun expresinya berubah drastic saat berhadapan Iel, “pulang dulu ka” ujar Bagas cuek
“sip sip! ati ati!” pesan Iel
Bagas Cindai lalu pergi meninggalkan Iel. Bagas sengaja menggandeng tangan Cindai – berharap Iel masih memperhatikannya dari belakang. Ia seperti memberi signal secara tak langsung kalo Cindai itu miliknya. Iel hanya bisa tertegun melihat mereka dari jauh, sebelum lamunannya dibuyarkan oleh seseorang yg tiba tiba datang menghampirinya, “belom pulang lu?” tanya Bella menepuk pundak Iel
“eh bel, belom. lu sendiri belom pulang?” tanya balik Iel
“gue ada latihan dance ama anak anak”
“oooh…” respon Iel kembali memperhatikan Bagas Cindai dari jarak jauhnya
“wooy! Kenapa lu?” tanya Bella, “ooh… cindai ya” tebak Bella saat mengikuti pandangan Iel
Iel kaget mendengar tebakan Bella yg cukup tepat itu, pandangannya langsung dialihkan ke rekannya di ekskul osis itu, “tau dari mana lu?” tanya Iel
“keliatan dari mata lu kali… waktu ospek juga udah keliatan. lu suka sama dia ya?” Gabriel menaikan kedua bahunya, “engga tau tapi gue pengen deket sama dia”
“bukan karena pengen jealous’in via kan?”
“ih apa sih, ngapain bikin jealous dia! gue ama dia tuh udah gak ada apa apa” terang Iel, “lah lu sendiri juga suka sama bagas kan?” tambahnya
“hah? bagas? engga tau ya… tapi dia lucu juga yah aha”
“hah lucu gimana?”
“yaa lucu aja… lucu juga kali ya pacaran sama ade kelas”
“haha to the point banget lu!”
“ngapain basa basi?!”
“jadi beneran suka sama bagas?”
“hmm yeah we never know kan?” jawab Bella menggantung. Jawabanya sedikit ambigu, membuat kebingungan pada siapa saja yg mendengarnya. Hanya dia sendiri yg tau maksud dari omongannya itu, “eh iel, tuh ada via” ujar Bella saat melihat via berjalan di ujung sana bersama teman temannya
“terus?!” ucap Iel
“ya engga terus terus sih, jutek amat sih! yaudah gue cabut dulu ah, ditungguin anak anak! Dagh!” ujar Bella lalu pergi meninggalkan Iel
Rata rata anak satu sekolah udah tau sejarah hubungan Gabriel dan Via, awalnya mereka pasangan yg manis – yg kemana mana selalu berdua. Entah dari mana mulanya, saat Iel dan Via naik ke kelas XI, keharmonisan mereka udah tak terlihat lagi. Ditambah ketika Iel mulai dekat dengan Bella di ekskul Osis - semuanya menjadi seratus persen berubah. Engga ada lagi kebersamaan antara Iel dan Via. Siapapun yg tau kejadian itu pasti berpikir, semua itu gara gara Bella namun itu tidak bertolak belakang dengan pemikiran Iel. Ia berpikir bahwa dirinya dan Via udah engga ada lagi kecocokan. Sikap Via yg kadang terlalu posesif, tidak begitu disukai Iel. Sama halnya dengan sikap Iel yg terlalu ‘welcome’ ke siapapun, tidak disukai Via yg pada dasarnya typical cewe pencemburu.
Gabriel berjalan menuju Via dan teman temannya. Alih alih ingin bersikap biasa aja, namun teman teman Via malah menciyeeeekan Iel dan Via, “hi” sapa Iel, mencoba bersikap senatural mungkin
“hi iel” jawab teman teman Via. Sementara Via engga merespon sedikit pun. Ekspresinya seperti orang kesal dan marah yg sama sekali engga nyaman dengan situasi seperti itu. Wajahnya sebisa mungkin dialihkan dari pandangan Iel, matanya kemana mana – entah apa yg dicari untuk dilhatnya.
“kok belom pada pulang?” tanya Iel
“ini mau pulang”
“oke ati ati ya, gue duluan! bye!” ujar Iel dengan senyuman cueknya lalu pergi
“bye!” ujar anak anak
“aish… lu kenapa sih vi?” tanya salah satu dari mereka
“kenapa gimana?” tanya balik Via
“tadi kan ada iel!”
“so??!! udah ah gue mau balik!” ujar Via kemudian pergi
“ah via via… masih suka tuh tapi gengsi!”
“hahahahaha”
---

Awan mendung udah menggelayuti malam ini. Sejak tadi sore, awan hitam memang sudah terlihat di ufuk senja. Musim kemarau yg semestinya menjadi saat yg tepat untuk melihat sunset tapi ketidakjelasan musim membuat cuaca menjadi tak menentu.
Bagas berdiam diri di balkon depan kamarnya. Memandangi langit yg gelap dan menghirup aroma aroma mendung yg akan segera turun hujan. Hatinya gusar, mengingat kejadian tadi siang. Rasanya dia begitu tidak berguna untuk Cindai. Pesan kaka Cindai tempo hari untuk menjaga ade nya udah dilalaikan. Engga ada yg menyalahkan dia atas peristiwa tadi siang sih tapi penyesalannya itu menyalahkan dirinya sendiri karena telah gagal menjaga gadisnya.
Ada telpon berdering masuk ke handphone Bagas, memecahkan lamunan atas penyesalannya, “hallo” sapa Bagas lesu
“gas…”
“iya…”
“ih kamu kenapa?”
“engga papa ndai”
“kok suaranya begitu?”
“engga papa kok bener”
“serius?”
“iya! kamu lagi apa?”
“engga ngapa ngapain. kamu?”
“sama! hehe eh ndai?”
“iya?”
“luka kamu udah gak papa?”
“ah udah engga papa kok! udah baik banget malah!”
“syukurlah…”
“oh kamu pasti masih mikirin soal itu ya?”
“…”
“hmm cindai gak papa kok gas, beneran!”
“…”
“gas…?”
“iya bagas tau cindai udah engga papa”
“yaudah gak usah dipikirin lagi, ya?”
“iya”
“udah makan?”
“belom”
“tuh kan!!!”
“kenapa?”
“makan gih!”
“iya entar…”
“entar entar kapan? udah makan sana kalo engga…”
“kalo engga apa?”
“kalo engga cindai gak mau ngomong lagi ama bagas!”
“astaga! segitunya? iya iya bagas makan deh…”
“hehehe”
“ketawa deh!”
“hahaha yaudah makan yg banyak ya, nanti cindai telpon lagi”
“iya sayang… tapi nanti bagas aja yg telpon cindai ya”
“terserah bagas deh”
***

Tin tin tin!!!
Suara klakson terdengar dari depan rumah Cindai dan suara gaduh terdengar dari dalam rumah. Seperti pelantikan pramuka saat mendengar suara priwitan semuanya harus sudah siap siaga.
Cindai menuruni anak tangga dengan gaduhnya. Dasinya belom terpasang sempurna, tali sepatunya juga belom diikat. Ketergesa-gesaan mengcover hari dia pagi itu, “ya… ampun! ati ati dong ndai” ujar mama
“hehe iya ma” ucap Cindai, “ma aku langsung berangkat ya, udah ditunggu bagas di depan!” tambah Cindai lalu pergi
“eh eh eh sarapan dulu ndai…” ucap papa
“udah telah pa!” kata Cindai dan keluar rumah dengan tergesa gesa
“hey hey hey… kenapa?” tanya Bagas heran
Cindai masih mengatur ritme jantungnya yg berdetak sangat cepat…
“bangun nya kesiangan ya?”
“i…ya… gas…”
“lagian! tidur jam berapa sih?”
“yaa abis telponan sama kamu semalem itu”
“oh? iya ya? haha gara gara bagas dong…”
“ah udah yuk ah, entar macet lagi!”
“udah?” ujar Bagas heran sambil memperhatikan Cindai dari ujung kepala hingga kaki., “iya! kenapa sih?” tanya Cindai engga kalah herannya
Bagas beranjak turun dari motornya, sambil tersenyum heran melihat Cindai yg pagi itu cukup berantakan. Bagas merendahkan badannya tepat di depan Cindai, “eh eh mau ngapain gas?” tanya Cindai masih dengan heran
“kalo pake sepatu bertali kan harus diiket. bahaya nanti takut keinjek  sendiri talinya” ujar Bagas sambil mengikat kedua tali sepatu Cindai dengan sabar
“oh hehehe”
“dah!”
“hehe makasih ya”
“sama sama. pasti belom sarapan kan?”
“hehe”
“yaudah yuk cepet jalan, biar sarapan di kantin aja”
“siap bos!”
Bagas kembali menaiki sepeda motornya dan diikuti oleh Cindai. Menstarter motor besarnya dan mengeluarkan suara yg besar juga dari knalpot sportynya, “ndai…” ujar Bagas sesaat sebelum menarik pedalnya
“iya…?”
“pe-ga-ngan!”
“hahaha iya iya…!!!” ujar Cindai tertawa dan mulai melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Bagas

Setelah diselemuti mendung semalem, pagi ini lumayan cerah mengawali mereka bersekolah pagi ini. Hembusan dari dinginnya angin pagi, masuk melalu pori pori kulit mereka yg saat itu berjalan cukup kencang menerobos kemacetan ibu kota.
Saat istirahat, saat dimana kebanyakan students keluar kelas untuk bersosial. Hal yg sangat ditunggu-tunggu selama kegiatan belajar tadi. Agak klise memang saat ditanya tujuan utama sekolah itu untuk belajar, karena selain belajar; factor yg paling besar yg mendasari anak-anak bersekolah yaitu untuk bersosial, bertemu dengan teman teman. Ya walaupun hanya sharing-sharing atau ngomongin orang engga jelas tapi di situ titik kesenangannya saat bertemu teman yg engga bisa dideskripsikan lewat kata-kata.
Kali ini Bagas memutuskan bersosial ke teman specialnya, di kelas sebelah. Setelah membereskan buku bukunya di meja, ia bergegas pergi meninggalkan beberapa temannya yg saat itu udah berniat mengajak Bagas untuk bermain basket di lapangan, “duluan guys!” ujar Bagas
“mau kemana lu?”
“ke sebelah!” ucap Bagas lalu meninggalkan mereka
“ke sebelah mane!?”
“ke cewenya di kelas sebelah, dudul!” terang Rafli
“oohh…!”

Tiba tiba langkah cepat Bagas dihentikan seseorang yg memanggilnya, “gas!!!” teriak seseorang. Bagas menghentikan langkahnya, dialihkannya pandangan ke belakang. Ada Bella di sana yg terlihat berjalan menuju dirinya. Wajahnya penuh antusias seperti ingin menyampaikan sesuatu, “hey! mau kemana?” tanya Bella
“emang kenapa ka?” tanya Bagas heran
“engga… aku cuma mau ngajakin kamu aja”
“kemana?”
“kamu suka maen basket gak?”
“hmmm… lumayan, kenapa?”
“mau gabung dengan team basket sekolah kita gak? Kekurangan anggota tuh”
“hmmm…”
“udah ikut aja, aku juga suka ngdance buat ngeramein pertandingan-pertandingan basket kok” ajak Bella sambil menepuk pundak Bagas
“hmm oke deh ka!”
“yess!!! gitu dong…”
“bagas?!” ujar seseorang tiba tiba
Bagas menoleh ke belakang, ia melihat Cindai berdiri di sana. Entah sejak kapan ia berdiri di sana, yg jelas ketidaksadaran Bagas atas kehadiran Cindai itu membuatnya kaget dan seketika berekspresi bingung, “eh cindai?” ucap Bagas terbata bata
“yaudah gas, aku pergi dulu ya!” pamit Bella saat melihat Cindai memperhatikannya
“eh iya ka” ucap Bagas manggut manggut bingung
Bagas mulai menghampiri Cindai di sana, “hey… sejak kapan cindai di sini? kok bagas engga tau” ucap Bagas sedikit basa basi
“iyaa kan bagas daritadi sibuk ngobrol sama ka bella” ucap Cindai cuek
“ah sibuk apa, cuma ngobrol gitu doang”
“oya? terus tadi mau diajakin kemana?”
“oh itu… dia ngajakin bagas buat gabung sama team basket sekolah. udah itu aja”
“terus?”
“terus apa?”
“bagas mau?”
“yaa kenapa engga?!”
“ishhhh!!!”
“kenapa emang?”
“gas! ka bella itu kan dancer, deket sama anak anak basket!”
“eheeeem!” Bagas bergumam bingung
“gas ih!!! pokoknya aku engga suka ya kalo kamu masuk team basket!”
“iya tapi kenapa?!”
“pokoknya engga suka!!!”
“ya kamu gak bisa gitu dong, aku kan harus tau alasannya kenapa!?”
“pokoknya sekali engga suka ya tetep engga suka!!! aku serius ya gas, kalo kamu masuk team basket itu, aku engga mau lagi kenal sama kamu!!!” ancam Cindai lalu pergi dengan kesal
“ishh!!! apaan sih… ndai?!! tunggu??!!!”
“iiihhh bagas bodoh! masa engga peka sih!!!” gumam Cindai dalam langkah cepatnya meninggalkan Bagas.

Label:



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria