KakaTriaa Blog
Cerbung BaDai: Mau Tapi Malu part 16

5/05/2013 @ 3:38 PM | 0 Comment [s]


Casts: BaDai and friends

Sadar kegelisahan Bagas engga akan berkurang sampai dia benar benar bisa menyakini kalo Cindai baik baik saja. Bergegas menyusul Cindai menuju toko buku, mengambil kunci motor scoopy nya kemudian langsung pergi dan tidak begitu memikirkan kondisinya yg baru mendingan
Di lain sisi, kekhawatiran Bagas disalah artikan oleh Cindai yg masih bête setelah menutup telpon Bagas
“Kenapa ndai?” tanya Novi heran
“Bagas! Nyuruh pulang sekarang” jawabnya bête
“Lah kenapa?”
“Tau!”
“Hmmm I see, I see – dia cemas ama kamu ndai”
“Tau ah!”
“Yaudah cepet yuk bayar barang barang ini, biar engga kemaleman”
“Yuk!”

“Hmm balik yuk, udah kebeli semua kan” ajak Novi
“Yuk”
“Eh bentar ndai, ada telpon” ujar Novi kaget mendengar handphone nya berdering
Ada percakapan Novi dan ayahnya di sana, ayah Novi yg khawatir menelpon anaknya untuk segera pulang – atas dasar kekhawatiran itu lah Novi akan dijemput dengan ayahnya
“Kenapa?” tanya Cindai ke Novi sesaat setelah ia menutup handphonenya
“Aku mau dijemput ayah ndai” ujarnya
“Hmm yaudah”
“Kamu engga papa pulang sendiri?”
“Engga papa, tadi berangkat juga sendiri”
“Hmm yaudah yuk”
Meninggalkan toko buku, bergegas pulang karena malam pun semakin larut dan semakin dingin. Novi yg sudah dijemput ayahnya dengan motor meninggalkan Cindai sendiri di depan pintu utama toko buku. Menunggu taxi yg entah kenapa malam ini menjadi sulit untuk ditemukan, sampai akhirnya…
“Bagas?!” ujar Cindai kaget melihat motor Bagas berhenti di depannya
“Ngapain di sini?” tanya Cindai heran
“Ngapain di sini?” tanya Bagas balik
“Ish tanya balik nanya” cibir Cindai
“Ayo naik!” pinta Bagas
Tanpa menjawab dengan kata apapun, Cindai langsung menaiki motor Bagas yg daritadi udah standby di depannya. Dengan ekspresi jutek, menemani perjalanan mereka di malam yg cukup dingin ini
“Ngapain sih malem malem keluar?!” tanya Bagas sambil ngendarai motornya
“Kan tadi udah dijelasin” jawab Cindai merengut
“Iya, emang engga bisa besok pagi apa?!”
“Besok barang barangnya mau langsung dipake” jawab masih dalam keadaan jutek
“Kenapa engga minta anterin Bagas aja sih?!”
Cindai engga menjawab pertanyaan Bagas itu, dia masih dalam keadaan yg tidak ingin di’interview seperti itu. Malam dingin ini cukup menyita pikiran Cindai yg masih tak terima dimarah marahin oleh Bagas seperti itu
“Ndai…” ujar Bagas saat Cindai menuruni motornya tepat di rumah Cindai
“Hmmm” responnya
“Marah ya?” tanya Bagas
Cindai hanya menjawab dengan gelengan kepalanya
“Yaudah Cindai masuk ya, udah malem. Bagas juga harus istirahat kan?” ujar Cindai yg sebenernya udah males membahas tentang keputusannya untuk pergi malam malam
“Yaudah” jawab Bagas lesu
Meninggalkan Bagas yg masih duduk di motornya, Cindai mulai masuk ke dalam rumah yg saat itu mamanya sudah pulang kerja. Melihat, memandang Cindai dari kejauhan saat ia memasuki rumah membuat Bagas seperti ada perasaan bersalah sudah bersikap cukup posesif malam ini. Dia engga tau harus berbuat apa untuk melindungi orang yg disayangi nya itu, kecemasannya dia kini justru disalahartikan oleh Cindai atau memang Bagas nya yg salah untuk mengungkapkan kekhawatirannya terhadap Cindai
“Kamu engga ngerti apa kalo Bagas khawatir banget ndai” gumam Bagas sesaat sebelum meninggalkan rumah Cindai

***

Di sekolah masih dengan rutinitas seperti biasa, anak mading ya berkumpul dengan anak mading, anak osis juga berkumpulnya dengan anak osis yg lain – begitu juga anak anak yg lain, yg juga berkumpul dengan komunitasnya sendiri. Seperti circle of friends, semuanya memiliki group masing masing. Di ruang mading, saat istirahat…
“Ndai, semalem nyampe jam berapa?” tanya Novi
“Hmm jam berapa ya… pokoknya engga lama kamu dijemput, aku balik” jawab Cindai
“Bagas engga papa kan?” tanya Novi yg tau persis kejadian semalem
“Hah? Bagas kenapa emang?” tanya Gilang langsung nimbrung
“Yee kepo banget kamu lang” cibir Salma
“Tau lu lang! pengen tau banget apa pengen tau aja?” tambah Difa
“Yeee maennya kroyokan” ujar Gilang nyerah
“Hahaha emang Bagas kenapa ndai?” ucap Difa
“Yeeeeee oncom! Kepo juga kan lu!?” ucap Gilang tak terima
“Hehehe” jawab Difa cuma nyengir
Cindai senyum senyum mendengar percakapan teman temannya yg konyol itu
“Engga papa, emang kenapa?” tanya balik Cindai
“Lah ini aku yg bodoh apa gimana ya, perasaan tadi aku yg nanya” ujar Gilang pilon
“Tuh lang, emang kenapa?” tambah Difa, Salma dan Dinda
“Laaah tau ah…” ujar Gilang sambil menggaruk garuk kepalanya
“Ndai kita ngobrol di kantin aja yuk” ajak Salma
“Yaudh yuk” Cindai mengiyakan
Beranjak dari kursinya bersama teman teman cewenya yg sepertinya engga mau ada cowo saat itu
“Eh mau kemana?” tanya Salma saat melihat Difa ikut keluar bersama mereka
“Ikut lah” jawabnya polos
“Oh tidak bisa” ujar Dinda
“Ya ampun din, kok tega banget sih”
“Hahahaha mampos!” teriak Gilang meledek dari dalam ruang mading
“You stay here!” ujar Salma
“Iya iya iya… rempong deh!” cibir Difa
“Udah deh fa, itu urusan cewe. Mending kita buat urusan aja berdua” ujar Gilang konyol
“Ieuh ogah!” jawab Difa pergi meninggalkan Gilang sendiri di ruang mading

Meninggalkan Difa dan Gilang yg engga jelas, kembali ke perkumpulan cewe cewe yg nampaknya sudah ada cerita yg ingin dibagikan
“Bener tuh kata Novi” ujar Salma saat setelah mendengarkan cerita kejadian semalem
“Emang harus possesif gitu ya?” tanya Cindai
“Hmm possesif apaan sih?” tanya Dinda polos
“Aduh Dinda… jangan kayak Gilang deh” ujar Novi
Kadang Difa dan Gilang sering menjadi bahan ketawaan buat anak anak, kepolosan mereka berdua yg membuat hiburan tersendiri di ruang mading dan juga di luar. Lagi asik asik cerita, terdengar suara Bagas dan Chelsea di kantin, mereka seperti sedang berdebat. Entah apa yg diperdebatkan yg jelas itu membuat Novi, Salma, Dinda dan tentunya Cindai bingung
“Engga ah chel” ujar Bagas
“Ayo ah gas, please…” pinta Chelsea manja memegang tangan Bagas
“Lu cari kelompok lain aja deh” ujar Bagas berusah melepaskan genggaman Chelsea
“Kelompok lain udah penuh, makanya aku minta gabung ke kelompok kamu”
“Kelompok gue cowo cowo semua”
“Yaa gak papa. Ayo lah gas, masa tega sih aku engga punya kelompok Biologi sendiri” ujar Chelsea kembali memegang tangan Bagas
“Hmm yaudah yaudah… tapi lepasin ah elah” ujar Bagas kesal
Cukup lama mereka berdebat di kantin, cukup jelas juga Cindai dan teman temannya mengetahui permasalahannya. Tapi Cindai ataupun anak anak sama sekali engga mau ikut campur dengan percakapan itu, sampai akhirnya Bagas menyadari kalo ada Cindai juga ada di kantin sana
“Eh ndai” ujar bagas saat melihat Cindai duduk di bangku nya bareng anak anak
“Gas, makan yuk” pinta Chelsea berusaha menggandeng Bagas
“Eh ada Cindai en temen temen, hay semua!” sapa Chelsea yg lagi berusaha menyapa
“Lagi pada makan ya?” tanya Bagas basa basi
“Ayo gas ah, lunch yuk” ajak Chelsea lagi masih menggandeng Bagas
“Ih lepasin ah chel” ujar Bagas melepaskan gandengan Chelsea
Cindai hanya menjadi saksi perilaku mereka berdua. Merasa kesal dan sangat kesal melihat kejadian itu, ingin rasanya menghentikan peristiwa yg membuat gondok itu. Kekesalannya terhadap Bagas semakin menjadi saat melihat Bagas dan Chelsea seperti itu, belum selesai kesalahpahaman yg semalem dan kini sudah ditambahkan dengan kesalahpahaman berikutnya. Kesalahpahaman yg tidak disadari Cindai itu, membuat dia semakin tambah kesel terhadap Bagas. Kekesalannya itu sangat terlihat di ekspresi wajahnya
“Ih kita kan temen sekelompok” ujar Chelsea lagi dan lagi menggandeng paksa Bagas
“Iya tapi kan engga gini juga” jawab Bagas melepaskannya kembali
“Cabut aja yuk!” ajak Cindai ke Novi, Salma dan Dinda
“Yuk!” anak anak mengiyakan
Mulai beranjak dari bangkunya masing masing, tak ada satu kata pun terlontar dari mereka berempat. Novi, Salma dan Dinda tau persis kalau saat itu temannya sedang kesal – berusaha untuk tidak mengomentari apapun, hanya menuruti apa yg Cindai mau; untuk meninggalkan kantin itu sesegera mungkin
“Eh pada mau kemana?” tanya Bagas masih digandeng Chelsea
“Menurut loe?!” cibir Salma
Beranjak meninggalkan pemandangan yg bisa merusak hati dan pikiran, Cindai dan teman teman bergegas meninggalkan Bagas dan Chelsea – tanpa respond dan tanpa ucapan satu kata pun
“Apa apaan sih chel!” Bagas marah dan melepaskan gandengannya itu
“Ih Bagas kenapa sih?” tanya Chelsea
“Tau ah!” Bagas meninggalkan Chelsea
“Gas, mau kemana? Katanya mau lunch?!” teriak Chelsea
“Makan aja sendiri!” ujar Bagas masih tetap dengan langkahnya meniggalkan Chelsea

Peristiwa di sekolah hari ini benar benar membuat Cindai engga bisa untuk engga memikirkannya, perjalan pulang sekolah di bis masih saja teringat akan kejadian di kantin tadi. Perasaanya kini engga bisa digambarkan apa apa, juga engga bisa dituangkan dalam kata kata yg membentuk menjadi sebuah kalimat – yg ada di pikirannya saat ini adalah ingin tidak memikirkannya lagi namun sepertinya itu terlalu sulit untuk dilupakan begitu saja

Di rumah di sore hari, masih dalam keadaan dan kondisi yg lagi engga positif – membuat Cindai sama sekali engga mau mengankat telpon dari Bagas. Bagas yg dari tadi menelpon Cindai berkali kali, engga dijawab sama sekali. Cindai tau Bagas menelponnya, dengan sengaja ia engga mau angkat itu – berusaha tidak mempedulikannya dengan menikmati lagu One Direction yg kebetulan sebagai ringtone handphonenya.
“Cindai!” teriak seseorang di pagar rumah Cindai
“Ih siapa teriak teriak gitu!” gumam Cindai menengok dari jendela
“Ndai keluar dong… Bagas mau ngomong!” teriak Bagas dari pagar sana
“Ngapain sih si Bagas” gumam Cindai beranjak dari pantauannya menuju gerbang
“Kenapa?” ujar Cindai saat menghampiri Bagas
“Hmm… Bagas… Bagas…” ujar Bagas ragu ragu
“Bagas kenapa?” tanya Cindai di depan gerbang
“Bagas mau minta maaf…” ujarnya
“Maaf atas?”
“Hmm engga tau sih” jawab Bagas
“Hah?! Gak tau?!” tanya Cindai kesal
“Hmm…” respon Bagas mencari cari alasan untuk menjawab
“Mending Bagas pulang aja deh, lagi males tau gak” ujar Cindai beranjak pergi dari gerbang
“Hmm Cindy nanyain Cindai tuh!” ujar Bagas agak teriak menghentikan langkah Cindai
“Hah kenapa?” tanya Cindai
“Hmm hmm bantuin ngerjain PR, yeah bantuin ngerjain PR” jawab Bagas mengada ngada
 “Yg bener?” tanya Cindai engga percaya
“Serius!”
cukup lama Cindai berpikir atas omongannya Bagas itu... masih rancuh apakah benar atau tidak tapi akhirnya...
“Hmm yaudah deh” Cindai mengiyakan. Seperti engga bisa nolak juga kalo udah menyangkut ade Bagas, dia seperti sudah mulai menyayangi gadis kecil itu
"Yes!!!" gumam Bagas dalam hati “Ayo, naik ini ya” ujar Bagas
“Hah?! Serius?” tanya Cindai
“Iya lah…”
“Serius naik ini ke rumah kamu?” tanya Cindai masih dengan kagetnya melihat kendaraan yg dibawa Bagas

-bersambung-

Label: ,



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria