KakaTriaa Blog
Cerbung BaDai: Mau Tapi Malu part 24

5/15/2013 @ 5:28 PM | 0 Comment [s]

Casts: BaDai and friends

“Ah jadi deg deg’an gini gue” ujar Gilang
“Kalo engga deg deg’an mati dong lang” kata Difa
“Ih beda deg deg’an nya”
“Eh perasaan Cindai yg mau ngasih kejutan, ngapa lu yg deg deg’an?” cibir Novi
“Tau nih! Gue juga bingung”
Memasuki rumah Bagas yg udah dalam keadaan gelap, dibukakan oleh mba yg udah siap daritadi untuk menunggu kedatangan Cindai cs. Menyalakan lilin tepat di atas cake yg bertuliskan Happy Birthday Bagas, membuat semuanya terlihat dan terasa manis. 
“Siap? Yuk” ajak Cindai menaiki tangga menuju lantai 2, tepat kamar Bagas berada
Menaiki tangga dengan perlahan, berharap engga membangunkan siapapun khususnya Bagas. Memasuki kamar Bagas yg udah gelap, hanya ada sorotan terangnya lampu luar yg dibiarkan menyala. Jendela yg masih terbuka, sudah cukup jelas kalau Bagas tidur dengan keadaan yg engga siap untuk tidur, semuanya masih dalam keadaan berantakan. Tapi dia terlihat di sana, ditutupi selimut yg menyelimutinya dari dinginnya AC kamar.
“Preeeeeeeeeeeeeeeeeeettttttttttt!!!!!!” Gilang meniupkan trompetnya
“Preeeeeeeeeeeeeeeetttttttt!!!” tambah Difa meniupkan trompetnya
Nyanyian Happy Birthday pun dilantunkan, semuanya bernyanyi – membuat kebisingan yg cukup bisa membangunkan Bagas dari tidurnya. Lampu yg masih dibiarkan mati membuat moment menjadi lebih manis
Bagas terbangun, kaget melihat semuanya. Ada kebahagian di balik wajahnya yg masih sayu, senyum manis terlihat melihat teman temannya memberi kejutan yg sebelumnya engga pernah ada yg membuat untuk nya – melihat juga Cindai di sana membawa cake yg berhiasi lilin merah manis membentuk angka usia Bagas sekarang – kekesalan yg tadi sirna sudah melihat kejutan yg manis ini
“Happy birthday Bagas” ucap Cindai manis
“Happy birthday bro!!!” tambah Gilang dan Difa
“Happy birthday Bagas!” tambah Novi, Difa dan Salma
“Makasih semuanya…” ucap Bagas manis dengan senyum tulusnya
“Make a wish dulu” ujar Cindai
Menganggukan kepala, menandakan seiya dengan Cindai. Bagas memejamkan mata sebelum meniup lilin lilin itu “Terima kasih Tuhan untuk semuanya, mengirimkan teman teman yg begitu baik, mengirimkan orang tersayang. Semoga semuanya abadi, abadi dalam kebahagiaan dan bersama orang orang yg bisa membuat bahagia. Terima kasih udah kirimkan malaikat yg bisa merubah semua sifat jelekku, berikan selalu waktu ku bersama dia untuk bisa menjadi lebih baik karena dia adalah alasan aku ada di sini” doa Bagas di dalam hati untuk kebahagian dirinya. 
Membuka mata dan bersiap untuk meniupnya
“Yeayy!!!!” ketika lilin tertiup
“Wish nya apa sih? Kok lama banget” tanya Cindai
“Ada deh” ujarnya senyum
“Sekarang potong kue!” teriak Salma
Memotong kue bulat itu dengan hati hati dan sudah bisa dipastikan ke siapa potongan pertama itu diberikan
“Ciyeeeeeeeeeeeeeeeeee”
“Buat Cindai” ucap Bagas memberikan potongan pertamanya
“Makasih” jawabnya senyum
“Ciyeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee udah gitu doang?” ledek Gilang
“Yeeeeeeeeee emang mau ngapain?” tanya Novi agak sinis
“Yaaaaaaaa ngapain kek!”
“Hahaha udah udah… kalian entar ambil sendiri ya, potong aja sesuai selera” ucap Bagas
“Hahahaha sip sip!” 

Saat mereka asyik berebut potongan kue yg besar, Bagas mengajak Cindai ke balkon kamarnya yg memang cukup luas. Mendapati moment yg pas yg engga pernah terbayangkan sebelumnya, ia menarik tangan gadis itu ke dapan
"Ndai, makasih ya semuanya" ucapnya
"Sama sama gas" jawab Cindai senyum
"Maafin Bagas udah sering salah paham sama Cindai"
"Iya, Cindai seneng kok"
"Hah?"
"Iya, Bagas tuh lucu kalo lagi marah marah engga jelas" ujarnya senyum, menyentuh wajah Bagas yg bereskpresi bingung dan polos
"Iya?"
Jawab Cindai mengangguk
"Ndai... hubungan kita..."
"Eh gas, bintangnya banyak ya malam ini" ucap Cindai beranjak dari duduknya, berjalan ke depan melihat bintang bintang di langit seakan menghindari omongan Bagas selanjutnya.
Bagas hanya memandangi Cindai yg asyik memandangi bintang di atas sana. Bagas mengerti kalau Cindai belum mau bahas soal kejelasan hubungannya, Bagas juga paham betul kalau Cindai masih ingin terus seperti ini, Bagas juga sangat mengerti konsep pemikiran Cindai yg lebih memilih jujur akan perasaan masing masing ketimbang sebuah status. Bagas seperti menjadi satu satu orang yg sangat memahami Cindai. Mereka masih di sana, di malam hari yg cukup dingin ini, memandangi bintang dan memandangi seseorang yg dianggapnya bintang untuk hidupnya. Bagas beranjak dari duduknya, menghampiri Cindai yg daritadi masih asik memandangi bintang bintang itu
"Ndai..." ujar Bagas memberikan tangannya seolah ingin mengajak untuk saling menggenggam
Cindai hanya senyum melihatnya, merespon uluran tangan Bagas. Saling menggenggam, saling tidak berbicara dan saling memandangi bintang yg malam itu terlihat sangat terang

---

Kebersamaan mereka semakin hari semakin erat saja. Baik Bagas dengan teman teman mading nya maupun juga dengan Cindai. Tak terasa setahun sudah mereka bersama sama, bersama sama saling mengasihi satu sama lain. Ada keributan sih pasti, marahan, dieman, baikan, marahan lagi, baikan lagi semuanya menjadi jejak perjalanan mereka semua khusunya Bagas dan Cindai.
Akhir semester menuju kenaikan kelas, di masa masa terakhir Bagas menjabat sebagai ketua osis – waktu senggang sudah sering ditemui, berbeda sekali ketika sedang sibuk sibuknya. Masa jabatan juga akan segera dicopot digantikan dengan yg baru.  Di kelas 3 bukan berarti lepas dari tanggung jawab, tanggung jawabnya berlalih ke ujian nasional untuk mereka dan semua anak anak yg ada di tingkat akhir
“Mudah mudahan pas daftar ulang kita bisa sekelas ya ndai” ucap Bagas
“Emang mau banget ya sekelas ama Cindai?” ledek Cindai
“Oh Cindai engga mau? Yaudah Bagas sekelas ama Chelsea lagi aja deh”
“Ihhhh Bagas….!!!” pukul Cindai ke pundak seseorang yg memanasinya itu
“Aw hahaha ya lagian…”
“Yaudah kalo gitu Cindai berharap sekelas sama Josia juga deh” balesnya
“Ihhhhhhhhhhhhhhhhh apa apaan itu!?”
“Hahahaha” respon Cindai dengan tawa lepas
Lagi asyik mengobrol di ruang terbuka seperti kantin ini, sangat bisa berpotensi untuk diganggu dengan yg lain. Fans Bagas masih dengan setia mengidolai idolanya
“Hi ka Bagas” datang segerombol gank junior yg coba menggoda Bagas
“Ka lagi makan ya?” goda salah satu dari mereka
“Iya” jawab Bagas
Respon Bagas yg ramah langsung membuat mereka memberanikan diri untuk lebih mengganggunya. Duduk di depan dan samping Bagas, membuat Cindai lumayan panas melihat pemandangan itu
“Ka lagi makan apa?”
“Eh ka next time nonton yuk”
“Eh kaka suka film apa? Atau music apa gitu?” tanya beberapa anak 
“Kaka udah punya pacar belum sih?”
Bagas hanya menjawab senyum meladeni mereka semua. Sibuk meladeni mereka, menghiraukan Cindai yg udah daritadi risih melihat pemandangan itu. Beranjak dari duduknya, ingin segera meninggalkan Bagas dengan para fans nya namun tangan ini langsung digenggam oleh Bagas. Mengisyaratkan untuk tidak pergi. Cindai melihat itu hanya senyum, melihat Bagas masih senyum senyum meladeni fans nya, juga masih menggenggam tangan Cindai berharap tetap masih di sana, bersama Bagas dalam keramaian fansnya. Seperti seseorang yg masih dibutuhkan, Cindai tetap bertahan di sana, menemani Bagas dengan sabar dan menemani Bagas yg masih sabar ngelayanin fansnya.
Kebersamaan mereka semakin hari semakin erat. Sejak kepindahan Cindai ke Jakarta, sedikit banyaknya menjadi awal perubahan Bagas untuk lebih baik. Kepulangan Cindai kembali ke Manado, semakin jelas kalau hanaya Cindai satu satunya alasan yg bisa membuat Bagas berubah, kepulangan Cindai kembali ke Jakarta membuat Bagas engga mau menyia nyiakannya lagi. Semuanya harus diungkapkan, dijelaskan dan diutarakan kalau dia memang sayang Cindai. Bagas juga menjadi satu satunya alasan kenapa Cindai ingin pulang cepat ke Jakarta, pikirnya lebih baik dekat meskipun engga akrab daripada jauh dan selalu merindu – yg terpenting bisa melihat dia dengan dekat bisa menjadi obat rindu yg engga bisa ditemui di apotik mana pun. Semuanya sudah terlihat jelas, engga ada lagi kebohongan dan engga ada lagi malu malu apalagi gensi. 

***

Saat mereka beranjak kelas 3, segala sesuatu terlihat lebih serius. Bukan serius dalam hubungan antara Bagas dan Cindai tapi lebih serius untuk menghadapi ujian nasional. Bagas yg sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua osis tetap merasa punya beban untuk lulus dengan hasil yg memuaskan. Engga heran juga kadang Cindai mengajaknya untuk belajar bersama – bukan cuma mereka berdua saja tapi juga anak anak mading yg lain Gilang, Novi, Salma, Dinda dan Difa.
“Belajar dimana hari ini kita?” tanya Gilang ke anak anak di kelas
“Hmm dimana ya? semuanya udah kena giliran kan?” ujar Novi
“Hmm rumah Bagas aja!” usul Difa
“Iya bener bener, udah lama kita gak maen ke rumah dia” tambah Dinda
“Gimana ndai?” tanya Salma
“Ah kok tanya aku? Ya terserah aja” jawabnya
“Bagas setuju gak kira kira?” tanya Novi
“Setuju lah! Masa engga setuju sih, kan ada Cindai” ucap Gilang dan ketawa
“Nah tuh orangnya” ujar Salma melihat Bagas masuk ke kelas
“Eit ada apa nih? Ngomongin gue ya?” tanya Bagas kepedean
“Yeeeeeeeee” sorak anak anak
“Kamu aja ndai yg bilang” usul Gilang
“Hah? Ada apa sih?” tanya Bagas
“Anak anak ngusulin belajar di rumah kamu gas” ujar Cindai
“Anak anak? Kirain berdua doang…” ujar Bagas
“Yeeeeeee mau nya” 
“Yaudah dateng aja, kapan?”
“Pulang sekolah aja gimana?” usul Gilang
“Sip sip!”

Bel pulang sekolah datang, seperti perjanjian sebelumnya anak anak langsung menuju rumah Bagas. Dalam satu bis, yg kini jadi lebih rame dibandingkan hari hari biasa.
“Yaah gara gara ada lu pada sih nih, bis nya jadi penuh” ujar seorang anak gak kebagian tempat duduk
“Yeeee biasa aja dong! Emang ini bis punya bokap lu apa?!” ujar Salma sewot
“Duduk ndai” Bagas menyuruh Cindai duduk di bangku kosong yg tersisa
“Yah Cindai doang” ujar Gilang
“Yee lu mau? Tuh dipangku ama supir” jawab Bagas 
“Kamfret!”

“Sampai juga! Ya ampun capek juga ya berdiri sepanjang jalan” ujar Gilang langsung duduk saat baru sampai di rumah Bagas
“Lebay lu lang cuma berdiri segitu doang” ucap Difa
Tidak seperti kebanyakan anak anak lain kalo kerja kelompok pasti kadarnya lebih banyak becandanya dibandingkan belajarnya. Tapi mereka terlihat lebih serius, sangat serius malah untuk mengadapi ujian akhir. Kadang Gilang malah suka cerita yg membuat takut anak anak tentang anak anak yg tidak lulus dan mesti ngulang taun depan atau lebih parahnya lagi ada yg sampe berhenti sekolah dan engga mau sekolah lagi karena malu gak lulus ujian. Cerita Gilang yg dilebih lebihkan untuk sering buat takut anak anak, khusunya Dinda menelan mentah mentah apa yg diceritakan oleh Gilang.
“Gas, serius kek!” ujar Cindai yg melihat Bagas daritadi cuma main gadget nya saja
“Hehe iya iya!”
“Serius kek, kan malu masa mantan ketua osis entar nilai ujiannya jelek. Iya kalo cuma jelek, kalo engga lulus gimana?” papar Cindai
“Iya iya…” jawabnya
“Ciyeeeeeeeeeeeeeeee belajar aja ampe berantem segala” ujar Novi
“Ya ampun jangankan belajar, soal sayuran aja sampe bisa berantem nov” papar Bagas melirik ke Cindai
“Ihhhhh” Cindai mencubit perut Bagas
“Aww!!!” rintih Bagas
“Yaelah malah pacaran” ujar Gilang sirik
“Ih siapa juga yg pacaran?!” jawab Cindai
“Ya ampun segitu engga maunya dibilang pacaran sama Bagas ya ndai” ujar Bagas agak ngambek
“Hehehe” Cindai nyengir namun Bagas masih terlihat dengan wajah betenya
“Udah kek bête nya” ujar Cindai dan engga dibales respon apapun oleh Bagas
“Ya ampun berasa dimana gitu kita ya, ngeliat orang berantem” ujar Difa polos
“Daripada Cindai dianggurin, yuk sini ndai belajar ama Gilang aja” ujar Gilang sok sok meniru panggilan sayang antara Bagas dan Cindai
“Heh!” ujap Bagas marah
“Hahahahahahaha” anak anak kompak tertawa
“Eh engga jadi deh ndai, yg punya perasaan kamu marah tuh” ucap Gilang polos
Bagas menarik tangan Cindai, seperti memprotect untuk tidak ada yg berusaha mendekatinya. Akhirnya mereka belajar berdua lebih jauh dari anak anak.
“Kenapa belajarnya di sini sih?” tanya Cindai
“Gak papa disini aja. Emang kenapa?” tanya Bagas masih bête
“Hmm iya iya… masih bête ya”
“Engga!”
“Gas…”
“Apa?!”
“Udah dong betenya”
“Hmm”
“Yaudah Cindai pulang aja ya”
“Ih apaan sih, udah bête ditinggal pergi”
“Hahaha lagian… bête juga tau didiemin orang bête”
“Hmmm”
“Gas!”
“Apa?!”
“Sini deh”
“Hmmm” Bagas mulai memperhatikan Cindai
“Cindai sayang sama Bagas” Cindai membisiki itu ke telinga Bagas
Bagas cuma senyum merespon bisikan Cindai itu dan dia mulai menjawab…
“Kok dibisikin? Malu ya?”
“Engga”
“Masa?”
“Iya!”
“Yg bener?”
“Eh jangan sampe kebetean kamu sekarang pindah ke aku ya” ujar Cindai mulai bête 
“Hahahaha iya iya…” ujar Bagas ketawa
“Bagas juga sayang sama Cindai, sayang banget malah” tambah Bagas

-bersambung-


Label: ,



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria