KakaTriaa Blog
Baby part 19

6/26/2013 @ 7:18 PM | 0 Comment [s]

Casts: BaDai

Terdengar suara mobil yg masuk garasi, sudah bisa dipastikan kalo itu orang tua Cindai  yg baru pulang berkunjung ke salah satu family nya. Bergegas membukakan pintu untuk mereka, layaknya seorang anak yg menanti orang tuanya - berharap pulang dengan membawa sesuatu…
“Ndai bantu mama” teriak mama masih di luar
Cindai Bagas menghampiri mereka. Terlihat banyak segala barang barang yg dibawa, seperti oleh oleh dari kampung…
“Ini apa ma?” tanya Cindai
“Tante kamu kemarin kan baru balik dari Manado, dia bawa banya oleh oleh nih” ungkap mama
“Eh ada nak Bagas juga?”
“Iya tante”
“Dari tadi?”
“Lumayan tante” jawab Bagas sopan
“Difa mana ndai?” tanya mama
“Ada ma lagi tidur di depan tv”
“Sini tante aku bawain” pinta Bagas
Seperti kata pepatah sekali medayung dua tiga pulau terlampaui, seperti itu juga maksud Bagas; berniat memang ingin membantu tapi juga berharap bisa diterima oleh mama Cindai dengan terkesan. Tapi sepertinya papa Cindai tau maksud Bagas, entah memang sengaja, sudah direncanakan atau apapun itu, papa sudah menyiapkan barang yg jauh lebih berat daripada barang bawaan mama…
“Hmm Bagas! Kamu bantu om aja sini” kata papa
“Yaudah kamu bantu om ya, biar ini tante sama Cindai aja yg bawa” pinta mama
“Iya tante”
Mengikuti perintah papa, Bagas menghampiri papa Cindai yg udah siap dengan barang barangnya…
“Tolong kamu bawa ini ke dalam ya” perinta papa
“Ini apa om?” tanya Bagas
“Beras! 50kg dari Manado, tolong kamu bawa ke dalem ya” pinta papa dan pergi meninggalkan Bagas
Rasanya mau nelen ludah saja udah susah, apalagi membawa satu karung beras berisi 50kg. Itu baru berat bersih, belum ditambah berat kotornya. Mungkin karungnya sendiri aja setengah kilo, kalo diitung itung mungkin 60kg’an. Bagas menarik napas panjangnya meratapi tugas yg diberikan papa Cindai sangatlah berat – dia mikir, angkat beban aja belom pernah sampe 20kg bagaimana angkat 60kg. Celingak celinguk sendirian, berharap ada yg membantu; berharap Difa udah bangun dari tidurnya tapi realitanya dia memang harus angkat itu sendiri.
Di dalam rumah juga sibuk dengan menata nata barang barang yg dibawa, papa sibuk dengan telponnya, mama masih sibuk dengan barang yg dibawanya tadi sementara Rio langsung naik kamar nya. Cindai heran, Bagas belum juga masuk padahal udah cukup lama dia di luar…
“Pa Bagas mana?” tanya Cindai ke papanya
“Engga tau” jawab papa cuek
“Lah tadi kan terakhir sama papa”
“Masih di luar kali”
“Ah? Ngapain?”
Papa hanya senyum senyum gak jelas dan kembali sibuk dengan layar handphonenya…
“Ish papa ditanya juga!”
Akhirnya Cindai mengecek sendiri keluar dan benar lah, Bagas masih di luar di hari yg sudah mulai gelap – masih bersusah payah mengangkat benda itu…
“Bagas?”
Dengan napas terbata bata, sebisa mungkin Bagas merespon…
“Ndai…” jawabnya dengan lemas
“Kamu ngapain?”
Bagas hanya menunjuk nunjuk karung yg dibawanya itu…
“Kamu bawa karung ini?” tanya Cindai dengan shock
Bagas hanya menangguk ngangguk lemas…
“Ya ampun papa rese banget sih! Papa aja gak kuat ngangkat ini, biasanya minta bantuan Rio” gerutu Cindai
“Ya ampun sampe keringetan gini…” Cindai menyeka keringat Bagas yg udah membanjiri wajahnya
“Udah gas, tinggalin aja. Biarin papa sama Rio entar yg angkat” saran Cindai
Mengajak Bagas masuk ke dalam dengan tubuh yg masih ngos ngosan itu, Cindai menggandengnya tak peduli – mau di rumah dan ada papa atau mama, dia tetap dengan gandengannya. Melihat tak tega Bagas dikerjain papa nya seperti itu…
“Kamu duduk dulu ya, aku ambilin minum” ujar Cindai
Terdengar dentingan gelas dari belakang dan Cindai datang membawa segelas air putih dan kipas plastiknya…
“Nih kamu minum dulu” saran Cindai
Seperti menemukan oase di gurun pasir, Bagas meminum air itu dengan cepat sampai tumpah menetes membasahi lehernya. Cindai mengelapnya, mengipasi Bagas yg masih berkeringat itu – tak tega melihatnya dengan tubuh yg basah dengan keringat dan lemas tak berdaya…
“Makasih ndai” ujar Bagas menyudahi minumnya
Masih menyeka keringat yg ada di dahi Bagas, Cindai masih tetap mengipasinya berharap bisa sedikit membantu melepaskan lelahnya…
“Papa kamu mana ndai?” tanya Bagas
“Engga tau” jawab Cindai
Dan orang yg dibicaraknya pun datang…
“Loh gas udah diangkat?” tanya papa agak ngeledek
“Rese deh papa!” Cindai yg menjawab
Papa hanya tertawa dan pergi menuju ruang makan…
“Tuh kan, kamu tuh dikerjain gas! Maafin papa ya” ucap Cindai
“Gak papa” jawab Bagas senyum
---

Di ruang meja makan sudah siap dengan banyak makanan. Ada semua anggota keluarga dan ditambah Bagas. Mama Cindai sengaja mengajak Bagas untuk makan malem bersamanya. Sebenernya masih ada Difa tapi dia masih asik dengan mimpinya di alam fantasinya.
Meja makan berbentuk segi panjang itu, di duduki tempatnya masing masing. Papa seperti biasa ada di tengah, seperti raja yg dikelilingi dayang dayangnya. Tepat di samping kanan kirinya ada mama dan Cindai, Bagas dan Rio saling berhadap hadapan yg tentunya di samping Cindai dan juga mama…
“Ka Bagas tangannya kenapa itu coret coretan?” celetuk Rio
Semua mata tertuju pada tangan Bagas yg penuh dengan coretan…
“Iya kenapa itu?” tambah mama
“Oh ini…” jawab Bagas bingung dan melirik Cindai di sampingnya
“Itu aku yg coret coret” aku Cindai nyengir
“Ish ka Bagas mau maunya” ceplos Rio
“Iya nih kaka kamu maksa de” ujar Bagas senyum
Situasi mulai mencari, tambah mencair juga saat Difa tiba tiba datang dengan muka bantalnya…
“Ih kok aku engga diajak makan sih tan?” ujar Difa ke mama Cindai
“Yee salah sendiri kenapa tidur mulu!” celetuk Cindai
Duduk di samping Bagas, seperti sudah menjadi anggota keluarga Cindai tanpa malu Difa mengambil piring kosong yg ada di meja…
“Abis nya dianggurin sih tan, Cindai sama Bagas malah asik paca…”
Belom menyudahkan omongannya, kaki Difa udah ditendang Bagas di kolong meja…
“Awww!!!” rintih Difa
“Kenapa fa?” tanya papa Cindai
“Kesemutan om” kelitnya
“Cindai sama Bagas kenapa tadi?” tanya papa penasaran
Difa melirik Bagas Cindai di sampingnya – mereka seperti memohon sama Difa untuk tidak berkata yg sebenarnya. Difa malah senyum senyum aja, seperti seneng membuat orang lain kesel…
“Kenapa fa?” tanya papa masih penasaran
“Cindai sama Bagas…”
Kini semua mata tertuju pada Difa yg senang membuat orang penasaran…
“Cindai sama Bagas asik maen game om tadi”
“Oh…” respon papa
Dan diikuiti oh juga oleh mama dan Rio. Dan melegakan hati Bagas dan Cindai yg udah dibuat deg deg’an atas penyataan Difa tadi.
“Om ultah Cindai makan makan lagi kan?” tanya Difa
“Ya seperti biasa aja” jawab papa
“Yes!!!”
Bagas hanya mendengar percakapan Difa dan papa Cindai, dia seperti orang asing di tengah tengah keluarga Cindai. Berbeda sekali dengan Difa yg seperti udah menjadi bagian keluarga itu. Dia kembali melanjutkan makan nya dengan nafsu yg engga tinggi tinggi amat.

-bersambung-

Label:



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria