Baby part 22 [ENDING]
7/03/2013 @ 5:19 PM | 0 Comment [s]
Casts: BaDai
Di
malam yg menjadi sangat special buat semuanya. Ada perayaan ulang taun di
belakang halaman rumah Cindai. Engga seperti ulang taun kebanyakan yg penuh
dengan pernak pernik pesta, ini lebih cenderung ke pesta barbeque’an. Yg
diundang pun engga sebanyak pesta pesta seperti biasa, hanya ada teman teman
dekat dan keluarga. Ada Bagas juga ditengah tengah keluarga Cindai, Bagas yg
mulai bisa diterima dengan baik oleh keluarga Cindai di sambut hangat saat dia
datang.
Bagas
datang membawa kadonya yg cukup besar. Kado yg dibungkus engga seperti biasanya
kado yg dibungkus dengan kertas kado, ia sengaja hanya membungkusnya dengan
plastic trasparan – layaknya sebuah parcel. Bening dan transparan, cukup
terlihat jelas apa yg ada di dalam bungkusan itu. Mengetuk pintu rumah Cindai
dan menutupi wajahnya dengan kado yg ia bawa…
“Bagas?”
sapa Cindai di depan pintu
“No…”
ucap Bagas masih menutupi wajahnya
“Siapa
dong?” tanya Cindai tersenyum
“Baling
baling bamboo…” ucap Bagas menirukan tokoh kartun
“Hahaha
Bagas…!”
“Hehehe
happy birthday Cindai” ujar Bagas manis
“Kamu
udah berapa kali ngucapin itu ke aku?”
“Engga
tau” ujar Bagas tertawa
“Masuk
yuk?” ajak Cindai menggandeng tangan Bagas
Tiba
tiba ada panggilang yg menghentikan langkah mereka…
“Cindai!”
“Chelsea?”
ucap Cindai tak percaya
Chelsea
menghampiri Bagas dan Cindai di depan pintu, seperti orang yg tergesa gesa.
Mobil yg mengantarnya pun menunggunya di depan gerbang…
“Gas,
boleh pinjem Cindai nya sebentar” tanya Chelsea
Masih kaget melihat kedatangan Chelsea, Bagas kembali kaget mendengar
ucapan Chelsea yg aneh itu. Ia hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.
Menarik
tangan Cindai - menjauh dari tempat Bagas, sepertinya Chelsea hanya ingin
ngomong berdua dengan sahabatnya itu…
“Akhirnya
kamu datang juga chel, kamu kemana aja sih?” tanya Cindai
“Iya
aku bela belain malam ini datang ndai sekaligus mau pamitan sama kamu” ucap
Chelsea
“Pamitan?
Kamu mau kemana?”
“Aku
mau pindah ke Bandung ndai”
Seperti
tiba tiba mendengar petir bagi Cindai mendengar ucapan Chelsea yg mendadak itu…
“Hah?!”
respon Cindai kaget
“Maafin
aku ndai, belakangan ini aku sibuk ngurusin kepindahan aku. Termasuk survey
survey sekolah di Bandung” ungkap Chelsea
“Kenapa
kamu engga pernah bilang? Terus kamu datang ke sini cuma mau pamitan terus
ninggalin aku gitu?!” ucap Cindai berkaca kaca
Chelsea
langsung memeluk sahabatnya itu dan tak kuasa juga meneteskan air matanya…
“Maafin
aku ndai; aku engga cerita cerita sama kamu, maafin aku juga yg udah ngebuat
keadaan kita jadi engga nyaman seperti dulu”
“Engga
chel, engga ada yg salah. Kamu engga perlu nyalahin diri kamu kayak gitu”
Suara
klakson mobil dibunyikan dari luar pagar, menyuruh Chelsea untuk segera
menyelesaikan omongannya…
“Maaf
ndai aku buru buru, malam ini aku pindah ke Bandung. Oya selamat ulang taun ya
sahabat terbaik ku” ucap Chelsea senyum dan menghapus air matanya
Chelsea
mengambil kotak hadiah dan sepucuk surat yg diambilnya dari tas kecilnya…
“Aku
engga bisa kasih apa apa, cuma ini. Mudah mudahan kamu suka ya” Chelsea
memberikan hadiah itu
“Makasih
ya chel” ujar Cindai
“Iya…
jangan nangis. Masa yg ulang taun nangis” ucap Chelsea menghapus air mata
Cindai
“Salam
buat Bagas dan Difa ya” pesan Chelsea
“Kamu
baik baik ya di sana” Cindai juga berpesan
“Iya,
kamu juga baik baik di sini. Jangan bolos bolos lagi ya” ujar Chelsea sedikit
tertawa
Rasanya
pelukan berapa kalipun engga akan pernah bisa merelakan satu sama lain. Namun
keadaan dan keputusan Chelsea yg bisa memisahkan dua sahabat ini. Chelsea pergi
meninggalkan rumah Cindai, meninggalkan sahabatnya, Bagas dan juga Difa tapi
memori Cindai dan Chelsea engga akan pernah tertinggalkan. Semuanya tersimpan
di memori dan juga gelang yg diberikan Chelsea dalam kotak yg ia kasih; gelang rantai yg bergantungkan
‘cc’ – dua huruf dari dua nama depan
Cindai dan Chelsea bisa menjadikan sebuah kenang kenangan terindah dari
Chelsea sebelum dia meninggalkan Jakarta.
---
“Happy
birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy
birthday Cindai…”
Semuanya
sorak soray setelah menyelesaikan lagu ulang taun untuk Cindai. ada Cindai yg
dikelilingi keluarganya di sana. Ada juga Bagas dan Difa yg juga ikut merasakan
kebahagian malam itu.
Potongan
kue pertama, jelas untuk kedua orang tuanya dan potongan berikutnya agak
rancuh untuk diberikan ke siapa. Cindai sudah melirik Bagas di sampingnya tapi
juga dilirik papanya yg juga tepat di sampingnya. Semua yg ada di sana melihat
menantikan dengan penasaran, akan dikasih ke siapa potongan berikutnya oleh
Cindai.
Dengan
rasa takut dan malu…
“Pa,
ini boleh buat Bagas?”
Agak
lama papa memberikan jawabannya tapi akhirnya dia menjawab dengan anggukan
kepala nya dan tersenyum menatap anaknya yg udah menanti jawabannya…
“Yeeyyy!!!”
teriak Difa memecahkan ketegangan dan akhirnya juga diikuti sorak soray oleh
semuanya
Cindai
memberikan potongan berikutnya yg udah dipegang daritadi untuk Bagas.
Diberikannya dengan senyum manisnya dan diterima juga dengan senyuman yg
mempesona dari Bagas dan moment sweet terulang kembali saat mereka saling
cipika cipiki tanpa ragu di depan banyak orang…
“Ciyeeeeeeeeeeeeeeeeeeee”
semua orang meledek mereka
Melihat
putrinya yg semakin besar, papa sadar engga bisa terus terus memperlakukannya
seperti baby tapi pengawasan papa masih akan terus terusan sampai waktu yg
dianggapnya cukup dewasa bagi mereka…
“Tapi
resminya tunggu sampe punya KTP ya” ujar papa tertawa
Dan
diikuti tawa oleh semuanya, termasuk juga Bagas dan Cindai. No matter papa
berpesan seperti itu, papa tetap papa yg terus mengawasi dan memberi warning ke
anaknya. Cindai dan Bagas pun sadar itu, yg menurutnya wajar wajar saja seorang
papa protective seperti itu. Toh pada akhirnya keprotective’an papa buat
kebaikan mereka juga dan menambah bumbu di hubungan mereka yg kadang manis saat
bersama, pait saat marahan dan asam saat ada papa ada di tengah tengah mereka –
this is life, isn’t it?
---
“Ndai,
Chelsea engga dateng?” tanya Difa
“Hmm
tadi dia ke sini fa…” jawab Cindai
“Terus?”
“Tapi
dia cuma mau pamitan, dia udah pergi ke Bandung fa” ujar Cindai engga tega
“Sabar
ya bro” Bagas menepuk pundak Difa
“This
is life! Ada yg datang, ada yg pergi” ucap Difa mengagetkan
“Ish
sok banget nih anak” cibir Bagas dan Cindai
“Move
on ah” ujar Difa pergi
“Eh
mau kemana?” teriak Cindai
Difa
engga menjawab, masih meneruskan langkahnya – langkahnya menuju salah satu tamu
yg datang. Bagas dan Cindai hanya memperhatikannya dari jauh…
“Hai…
mau minum” ujar Difa menawarkan minuman
“Ya
thanks” respon gadis itu
“Nama
aku Difa, kamu?”
“Angel”
“Ooh…”
Tiba
tiba datang seorang yg mengacaukan perkenalan mereka…
“Ngel
nih minumannya, tadi katanya minta minum…”
“Siapa
yg minta? Engga!” jawab Angel cuek
“Dia
siapa?” tanya Difa
“Engga
penting! Yuk ah!” ucap Angel mengajak pergi Difa
“Ngel,
angel… ini Gilang udah bawain minumnya juga, tega banget” rintih Gilang
Bagas
Cindai hanya tertawa melihat pemandangan itu. Tertawa geli melihat Difa yg bisa
menclak sana menclok sini, ke’supel’an Difa memang membuat dia cepat akrab
dengan siapa pun termasuk dengan Angel; gadis incaran dia berikutnya. Tanpa
memikirkan Gilang yg udah sekian lama mengejar Angel, Difa berhasil dengan
gampang menarik perhatian Angel dari sikapnya yg manis dan natural.
“Ndai
kamu engga papa?” tanya Bagas
“Engga
papa, emang nya kenapa?” Cindai tanya balik
“Soal
Chelsea…?”
“Hmm…”
Sadar
omongan Bagas membuat Cindai kembali memikirkan sahabatnya itu, ia genggam
tangan Cindai dengan erat – seperti memberitau kalo masih ada dia di
sampingnya…
“Udah
engga usah sedih lagi… kan ada aku” hibur Bagas
“Eh
aku ada sesuatu buat kamu” tambah Bagas
“Apa?!”
Bagas
mengeluarkan kotak kecil dari dalam jaketnya, diberinya itu ke Cindai…
“Kalung?”
ucap Cindai kaget
“Suka
gak?” tanya Bagas
“Suka
benget…!”
“Itu
unlimited loh…”
“Oya?”
“Iya
lah… mana ada kalung lain yg sama persis berbentuk hati dan berukiran BaDai
seperti itu”
“Untung
kamu ngasihnya kalung ya”
“Kenapa?”
“Karena
Chelsea udah kasih aku gelang” ujar Cindai senyum
“Ohhh
kalo sama sama kalung atau gelang jadi bingung ya mau pake yg mana?”
Cindai
jawab dengan anggukan kepalanya…
“Itu
sih pilihan ndai, kembali lagi ke kamunya” ujar Bagas tersenyum
Cindai
melihat Bagas juga dengan tersenyum - melihatnya bangga, Bagas engga seperti
kebanyakan cowo lain yg menuntut untuk dipilih ketika dihadapkan sebuah pilihan
antara pacar atau sahabat. Cindai beruntung memiliki Bagas yg sangat mengerti
dirinya – Bagas benar, itu sebuah pilihan. Sama halnya Chelsea yg memilih untuk
meninggalkan mereka. Tangan mereka masih saling menggenggam, berharap tidak
akan pernah terlepas dan seperti itu juga pesan Chelsea di suratnya…
Dear
Cindai
Sahabat
aku yg paling baik sedunia, maaf ya aku mesti ninggalin kamu. Aku sadar
keberadaan aku di tengah tengah kamu dan Bagas hanya bisa mengganjal hubungan
kalian. Aku juga engga bisa ngontrol rasa suka aku sama Bagas dan itu yg
membuat aku engga nyaman. Aku butuh waktu untuk menata perasaan aku dan bila
waktu itu tiba & aku kembali, kalian harus tetap bersama ya. Jangan sia
siakan pengorbanan aku buat kamu sayang…
Love
Chelsea
Cindai
masih menatap Bagas dengan senyumnya dan masih digenggam Bagas dengan eratnya…
“Makasih
Bagas, makasih Chelsea; dari kalian aku belajar banyak. Tentang kasih sayang
dan pengorbanan. Bagas mengajariku tentang kasih sayang dan Chelsea
juga yg mengajariku tentang pengorbanan” gumam Cindai senyum menatap Bagas
“Kamu kenapa sih senyum senyum?” tanya Bagas Cindai hanya menggeleng geleng, masih dengan senyumannya. Dia mulai meletakkan kedua tangannya di atas pundak Bagas dan memeluk Bagas dengan erat. Bagas hanya berekspresi bingung dan heran... “Makasih ya gas... buat semuanya” ucap Cindai Setelah ketertegunan Bagas, akhirnya dia juga menyambut pelukan itu dengan erat... “Sama sama. Bagas sayang sama Cindai” “Sama” “Sama apa?” tanya Bagas melepaskan pelukannya “Bagas ih...” ucap Cindai malu malu sambil mencubit perut Bagas “Aaaww... loh Bagas kan engga tau, sama apa?” jawab Bagas dengan tertawa “Cindai juga sayang sama Bagas...” ucap Cindai malu malu Sambil tersenyum, Bagas mendengar ucapan malu malu yg terlontar dari mulut Cindai. Ia memperhatikan Cindai yg wajahnya sudah berubah pink itu kemudian kembali memeluk gadis di hadapannya itu dengan lebih erat.
-sekian-
from writer: Terima kasih semuanya yg udah setia membaca BABY dari part awal sampe akhir. I was so glad making it, mudah mudahan kalian juga senang membacanya. It's gonna be the last series at this moment, belum ada rencana buat cerbung lagi deket deket ini. I'm sorry... Maaf juga kalo misalkan kurang puas dengan endingnya, I put my best :) Hmm dan jangan lupa tinggalkan komen kalian; bisa di twitter, facebook, chatbox or wherever - kasih pendapat tentang BABY ini atau tulisan tulisan aku selama ini karena itu merupakan penghargaan tersendiri buat penulis. Sekali lagi thank you, terus tungguin karya atau project project baru aku ya hahaha
salam BaDaiStatic
Tria Noorfarida Pasha
Label: Cerbung |
Navigations! Let's Talk! Followers! message?
The Credits! |