Cerbung BaDai: Mau Tapi Malu part 19
5/09/2013 @ 4:46 PM | 0 Comment [s]
Casts: BaDai and friends
Cindai meninggalkan rumah Bagas, ada penyesalan pada keputusannya yg udah dia ambil tapi ada kebenaran yg dia liat dari penyesalannya itu. Apa yg dia liat dan apa yg dia rasakan dikait kaitkan menjadi satu. Kadang itu bisa menjadi persepsi yg salah memang tapi menurutnya apa yg dia liat itu lah yg sebenarnya. Setelah acara penyambutan itu, sekolah makin ramai dengan anak anak baru. Dua sampai tiga hari kegiatan ospek yg makin seru, dua sampai tiga hari juga hubungan Bagas dan Cindai semakin renggang. Belum ada yg mau menjelaskan permasalahan yg sebenarnya, dua duanya masih dengan pemikirannya dan kesimpulannya sendiri. Bagas yg menjadi ketua osis, digila-gilai oleh anak anak baru. Banyak yg ngfans padanya, rata rata dari mereka memang perempuan. Tidak ada hari tanpa bingkisan, seperti secret of admirer; setiap hari ada saja yg memberikannya hadiah. Tertulis nama pengirimnya sih di setiap kado tapi entah pengirimnya siapa Bagas pun engga tau. Tiap harinya dia membawa bungkusan besar untuk membawa hadiah hadiah itu pulang, itu cuma sebagaian memang – ada juga beberapa dari kadonya yg dibagi-bagikan ke semua anak anak osis yg lain.
“Hasek kado lagi nih” ujar seorang
anggota osis di ruang osis
“Kali ini dari siapa aja gas?”
tanyanya lagi
“Engga tau…” jawab Bagas sambil
melihat lihat kadonya di meja itu
“Susah deh yg jadi Prince of
School” tambahnya lagi
Bagas cuma merespon dengan senyum
tipisnya yg sedikit dipaksakan. Engga ada kesenangan sama sekali mendapatkan
kado dari penggemar, perasaan galaunya terhadap Cindai masih engga bisa
ngalahin dari banyaknya kado yg dia dapat.
Di lain sisi, Cindai juga engga kalah eksis nya dengan Bagas. Atas mempromosikan kegiatan mading dan tulis menulis pada anak anak baru, banyak dari mereka ingin bergabung di komunitas mading. Juga kebanyakan dari mereka adalah cowo cowo – cowo cowo baru yg mencoba untuk mendekati kaka seniornya. Anak sekarang emang engga terlalu memikirkan soal usia, mereka lebih berani untuk mengungkapkan apa yg dia suka dan apa yg dia engga suka. Kesukaan anak anak itu pada Cindai, juga ditunjukkan dari godaan godaan dan kado kado yg ia dapatkan setiap hari.
“Eh ndai, ada cokelat! Dari siapa
nih?” tanya Gilang mengambil salah satu kado Cindai di ruang mading
“Engga tau” jawab Cindai
“Buat aku ya?” pintanya
“Ambil aja”
Jawaban yg ala kadarnya itu
membuat teman temannya heran
“Masih diem dieman sama Bagas?”
tanya Novi menghampiri Cindai
Cindai hanya menganggukan
kepalanya lesu
“Kenapa engga ngomong aja sih?”
saran Novi
“Ngomong apa nov? Ngomong kenapa
dia lebih milih Chelsea gitu?” jawab Cindai
“Tapi kan kamu belum tau masalah
sebenernya ndai” ujar Salma ikut nimbrung
“Belum tau gimana sih? Jelas
jelas aku liat dia menyambut kedatangan Chelsea dan engga mau angkat telpon
aku. Coba pikir secara logika, berarti dia lebih milih Chelsea kan?” ujar
Cindai
“Kadang kan soal seperti ini
engga bisa dipikirkan secara logika” ujar Dinda
Ucapan Dinda membuat takjub seisi
ruang mading, semuanya memandanginya heran – engga percaya atas apa yg
diucapkannya
“Eh kenapa sih?” tanya Dinda
heran melihat teman temannya memandanginya seperti itu
“Hehehehe baca di novel” ujarnya
nyengir
“Ooooooooo” anak anak ber’o ria
“Gak bisa lah pokoknya, kenapa
aku dulu yg ngomong duluan?” Cindai melanjutkan omongannnya
“Yaudah terserah deh… kita ke
kantin aja yuk” ajak Gilang
“Yaudah yuk, aku juga lafar nih”
ujar Difa yg daritadi cuma menjadi pendengar yg baik
“Laper!” koreksi Salma
“Iya laper!” gerutunya
Menelusuri koridor, menuju kantin melihat pemandangan yg sering terjadi akhir akhir ini. Bagas di teriaki anak anak perempuan saat dia lewat. Kadang ada yg pura pura jatuh atau apapun lah itu untuk menarik perhatian Bagas
“Hai kak Bagas”
“Hai kak”
“Kak jalan yuk…”
“Ih kak kece banget sih”
“Kak pake parfume apa?”
“Kak poto yuk”
Kebiasaan anak anak seperti itu
saat Bagas lewat di depannya. Bagas juga engga bisa lewat begitu aja, dia
membalas senyum dan makasih saat ada orang yg memujinya. Kadang perjalanan dari
ruang osis ke kantin pun bisa menjadi begitu lama saat ada anak anak yg
memintainya untuk poto bareng. Anak anak kelas 8 dan 9 sih udah terbiasa
melihat itu, mereka kadang cuma senyum senyum aja melihat junior junior nya yg
menggilai Bagas.
“Sorry kita mau lewat” ujar Gilang ingin menerobos kerumunan anak anak yg mengerumuni Bagas di koridor
“Hey kita engga bisa lewat”
tambah Novi
Engga ada satu pun dari mereka yg
didengarkan, semuanya berisik ingin berebut poto dan tanda tangan. Bagas juga
engga melihat anak anak mading, tertutup oleh anak anak yg menutupinya
“Ya ampun susah deh jadi artes”
cibir Salma
Cindai cuma melihat Bagas dari
tempatnya berdiri, melihat Bagasanya sekarang digilai oleh banyak anak anak.
Apakah dia masih inget pada dirinya? Pikir Cindai saat itu yg takut dilupakan
oleh Bagas
“Ndai?!” teriak Fatah berlari
menghampiri anak mading
“Hai tah” sapa anak anak
“Kok pada diem di sini?” tanya
nya
“Yee liat aja nih, engga bisa
lewat” ujar Salma sambari menunjukan keramaian yg menghadangnya
“Hahahaha ada artes ya?” ujar
Fatah tertawa
“Ho’oh” ucap Gilang
“Hey guys, permisi dong
kita engga bisa lewat nih” ujar Fatah sambari mencoba masuk ke kerumunan
Cuma sebagian dari mereka yg
menggubris, sisanya masih asik aja berebutan poto. Sadar kalo apapun yg dia
bilang engga akan terdengar, dia membelokkan badannya ke arah anak anak mading
– sambil menaikan kedua bahunya, seperti mengisyaratkan ‘nothing’
“Hahahaha… kan gue bilang juga
apa” ujar Gilang melihat usaha Fatah yg sia sia
“Udah deh terobos aja yuk” saran
Fatah
“Yaudah yuk!” ujar anak anak
mengiyakan
“Ayo” ajak Fatah ke anak
mading
“Ndai, ayo” ujar Fatah yg melihat
Cindai masih ragu masuk ke kerumunan itu
Merasa akan menyianyiakan waktu
dan ditinggalkan dengan anak lain yg udah nerobos ke kerumunan itu , Fatah
menarik tangan Cindai untuk segera bisa melewati kerumunan itu. Terlihat
seperti memprotect Cindai dari kerumunan itu, mereka berdua menerobos anak anak
baru yg ingin berpoto dengan Bagas. Situasi yg engga kondusif, membuat Fatah
spontan merangkul Cindai dan melindunginya dari kerumunan itu. Mereka kini
melewati Bagas, yg terdiam diri melihat pemandangan yg memilukannya dan
sekaligus tak percaya. Cindai yg engga melihat Bagas saat itu - tetap tertunduk
di rangkul oleh Fatah keluar dari kerumunan menuju kantin
“Kamu gak papa?” tanya Fatah
sesaat keluar dari kerumunan itu
“Engga. Thanks ya” ucapnya
“Iya… gila banget fans nya Bagas”
“Hahaha iya, yaudah yuk”
Di tempat yg berbeda, di waktu yg sama – Bagas setelah meladeni fans fans nya dia berjalan diam sendiri. Hati nya benar benar campur aduk, seperti orang mengambang – engga punya tujuan, engga punya arah. Yg ada dipikirannya saat itu cuma Cindai. Bagas menuju tempat yg mungkin bisa membuatnya agak sedikit lebih tenang, taman sekolah
“Arrrrrggggg!!! Kok jadi gini
sih!!!” teriak Bagas
“Cindai lu jahat banget sama
gue!”
“Thanks ndai udah buat gue kayak
gini!” ujar Bagas kesal seorang diri
“Emang salah Bagas apa sih ndai…”
tanyanya dalam hati
“Ho ho ho ada yg lagi galau nih”
ujar seorang yg menganggu kesendirian Bagas
“Ngapain lu di sini?” tanya Bagas
“Sante sob, gue cuma kebetulan
lewat” ujarnya
“Eh by the way, tadi gue liat
Cindai sama Fatah di kantin – sama anak anak yg lain sih, cuma gue liat mereka
kayaknya deket banget” ujar Josia seperti sedang memperkeruh suasana “Gue pikir
cuma elu saingan gue, ternyata masih ada lagi” ujarnya. “Makin seru deh!”
ujarnya sembari senyum, senyum yg entah memiliki arti apa
“Maksud lu apa?!” tanya Bagas
beranjak dari duduknya
“Engga usah pura pura engga
ngerti deh. Cindai itu cantik, manis, baik, pinter lagi”
“Terus?!” tanya Bagas engga
ngerti
Josia tarik napas panjang sebelum
menjawab pertanyaan Bagas “Seru juga kalo buat dipamerin”
“Maksud lu apa?!” tanya Bagas
kesal sambil mendorong Josia
“Nyante sob, gue cuma mikir
kayaknya keren aja mamerin dia sebagai pacar gue” ujar Josia
Mendapati kemarahan yg semakin
memuncak, Bagas dengan tanpa pikir panjang memukul Josia sesaat setelah ia
berbicara seperti itu. Merasa tak terima maksud dan tujuan Josia untuk
mendekati Cindai yg hanya untuk pamer bak seperti barang yg bisa dipamerkan,
Bagas memukulnya cepat dan sangat keras. Josia tersungkur di tanah, juga merasa
tak terima dengan itu – ia membalasnya dengan pukulan yg lebih dan lebih keras
dari Bagas. Darah pun langsung keluar dari bibir nya…
Saling membalas, saling memukul,
merasa saling engga terima – mendasari kekacauan itu terjadi. Engga lagi
memikirkan reputasi sebagai ketua osis, ini masalah perasaan dan harga diri –
Bagas terus menghajarnya seorang yg udah merendahkan seseorang yg disayangi nya
seperti itu
“Stop!!!” teriak Chelsea melihat
perkelahian itu. Chelsea yg daritadi mencari cari Bagas akhirnya menemukannya
dalam kondisi yg tidak pernah dibayangkan sebelumnya
“Udah udah! Apa apain sih
kalian!!!”
“Udah gas, udah!!!” Chelsea
mencoba merelai mereka
“Udah!!! Pergi lu sana jos!”
Chelsea mengusir Josia setelah berhasil merelainya
“Liat gas, gue bisa bales lebih
sakit dari ini!” ujar Josia seraya mengusap darahnya di sekitar mulut dan pergi
Kepalan tangan Bagas masih
kencang, masih siap untuk memukul Josia lebih banyak lagi
“Gas, kamu tuh ngapain sih
berantem terus sama Josia!!!” ujar Chelsea
Bagas engga membalas, juga engga
melihat ke Chelsea. Perasaannya masih kesal dan marah; masih kesal dan marah
terhadap Cindai, kesal juga sama Josia. Hati nya bener bener engga mau diganggu
saat itu
“Gas!!!” ujar Chelsea kesal tak
diladeni
“Apa sih???!!!” jawab Bagas juga
kesal
“Kamu tuh kenapa sih?!” tanyanya
“Bukan urusan lo!!!” jawab Bagas
“Terserah deh alasan kamu
berantem itu apa tapi yg jelas kamu mesti diobatin ini” saran Chelsea melihat
wajah Bagas yg babak belur
“Ayo kita ke UKS” ajaknya
“Eh buru buru buru buru!” ujar Gilang ke anak anak mading saat jalan di koridor
“Kenapa sih lang?” tanya Cindai
“Gue lupa sama project kita yg
deadline besok, mesti dikerjain sekarang nih!” ujarnya loncat loncat panic
“Yee gak usah loncat loncat gitu
kale!” heran Salma
“Eh itu Bagas?” ujar Fatah yg
masih bersama anak anak mading
Melihat Bagas dan Chelsea jalan
berdua, dengan wajah yg babak belur dan berusaha untuk menutupi tapi tetap
tidak bisa ditutupi.
Fatah langsung berlari berusaha
untuk menyegat jalan mereka berdua
“Gas, lu kenapa?” tanya Fatah
“Bagas?” ujar Cindai lirih
yg juga ada di sana
Baru berusaha Cindai untuk
memeriksa luka Bagas di wajahnya, Chelsea yg tau niat itu langsung
menghentikannya
“Udah deh nanti aja ya, gue buru
buru mau anterin Bagas ke UKS” ujar Chelsea
-bersambung- |
Navigations! Let's Talk! Followers! message?
The Credits! |