KakaTriaa Blog
Cerbung BaDai: Mau Tapi Malu part 6

4/22/2013 @ 7:39 PM | 0 Comment [s]


Casts: BaDai and friends

Cindai seketika itu langsung menutup telponnya. Dia gak tau mau berbuat apa sampai reflek langsung menutup telpon itu saat menyadari kalau Bagas yg diujung telpon sana.
“Ya ampun bodoh bodoh bodoh bodoh!”
“Jadi daritadi tuh Bagas?!”
“Lah kok bisa angkat telponya Novi?”
“Aduh aku malu banget”
“Pasti dia lagi cekikikan deh”
Ujar Cindai menyesali apa yg udah dia lakuin dan benar saja, di sana Bagas lagi senyum senyum sendiri setelah mendengar curhatan Cindai yg engga sengaja itu.
“Cindai Cindai… bawelnya engga berubah hahaha”
“Kalo aja gue tau lu ngarepin telpon gue, gue akan telpon lu lagi” ujar Bagas senyum senyum
Pemandangan yg berbeda dari dua tempat yg berbeda tapi tetap memiliki rasa yg sama. Saat seseorang terus berharap dikabari oleh seseorang dan saat seseorang berharap ingin terus bisa mengabari seorang lainnya – seperti sama sama memiliki sinergi untuk terus berhubungan satu sama lain. Seperti Bagas dan Cindai, memiliki rasa yg sama untuk tetap berhubungan tapi rasa malu kadang bisa mengalahkan itu semua.


Jam pelajaran pertama baru aja berbunyi, kini saatnya Bagas kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya – dengan wajah masih dipenuhi senyuman dia berjalan melewati koridor sambil membawa handphone Novi yg dititipkan padanya. Kelas mereka emang bersebelahan, berniat mengembalikan handphone Novi sebelum memasuki kelasnya.
“Nih nov handphone lu, gue masuk kelas dulu ya” ujar Bagas di depan kelas Novi
“Ok thanks ya” jawab Novi
“Sama sama” ujar Bagas senyum
“Lu kenapa gas?”
“Engga papa hehehe handphone lu bagus” jawab Bagas juga masih dengan senyum nya
“Hah?!” ekspresi Novi kaget dan heran
“Haha cabut dulu ya” ujar Bagas meninggalkan Novi yg masih tertegun heran melihat tingkah Bagas
Di kelas, di pelajaran ke dua - Bagas masih saja engga bisa lepas dari senyumannya. Pelajaran matematika yg menyebalkan dikalahkan oleh kejadian tadi di ruang mading. Apapun yg guru terangkan di depan, Bagas hanya melihatnya saja – ingat hanya melihat bukan memperhatikan. Pikirannya ada di Manado sana, juga seseorang yg di Manado pikirannya selalu terbang ke Jakarta. Engga perlu pakai alat transportasi pesawat segala, pikiran bisa dengan cepatnya terbang melayang menuju orang yg dipikirkan.
“Cindai lagi ngapain ya di sana” gumam Bagas
“SMS ah..” Bagas berinisiatif di tengah tengah rumit nya pelajaran matematika. Sambil mengetik di bawah meja, berharap si guru engga bisa melihat apa yg dia lakukan
“Hi” sms Bagas ke Cindai
“Hi juga” seperti itu balasan Cindai ke Bagas
“Hehe”
“Knp?”
“Gpp”
“Oh”
“Mau gue telpon?” kali ini Bagas sms dengan kata kata yg normal
“Engga” jawaban Cindai juga udah mulai normal
“Yakin?”
“Iya!”
“Entar ada yg nungguin”
“Gak ada!”
“Beneran?”
“Rese!” jawab Cindai seperti sewot, tapi apa yg ditulisnya berbeda dengan ekspresinya saat menulis itu – dia senyum senyum sendiri sama hal nya Bagas yg juga daritadi senyum senyum gak jelas diantara wajah temen temen nya yg bête ngejelimet melototin rumus rumus buat latihan matematika.
“Gas, kerjain itu latihanya” sikut teman semejanya
“Hah latihan apa?” tanyanya polos
“Ya ampun sms’an mulu dari tadi”
“Hehe… yaudah lu kerjain gih”
“Lah?!”
“Entar gue tinggal nyalin”

Setelah pelajaran selesai, saat nya istirahat. Namun para calon kandidat ketua osis sedang mengadakan briefing dengan kepengursan osis yg lama juga dengan Pembina osis, bu Okky. Bu Okky menjelaskan semua muanya tentang procedure pemilihan ketua osis itu. Sama dengan seperti pemilihan pemilihan yg lain, pemilihan ketua osis ini pun dipilih berdasarkan voting. Siapapun yg voting nya tertinggi, secara otomatis dialah yg berhak memegang jabatan ketua osis dalam periode satu tahun ke depan. Ada lima kandidat yg mencaloni sebagai ketua osis, ada Bagas, Josia, Fatah, dia dan dia.
“Ok baiklah… pemilihan diadakan lusa dan mulai sekarang kalian berhak mengadakan kampanye terbuka!” ujar bu Okky
“Ngapain aja tuh bu?” tanya dia si calon ketua osis
“Ya terserah kamu! Kamu mau sebarin selebaran di sekolah, mau cari perhatian sama anak anak atau apapun lah untuk mempromosikan diri” papar bu Okky
“Tapi ingat lakukan dengan fair!” tambah bu Okky sambil melirik Josia dan Bagas
“Entar pemilihannya gimana bu? Buat TPS juga?” tanya Josia
“Engga gitu juga… kita semua datang ke kelas kelas untuk voting!” jawab bu Okky
Bagas cuma senyum senyum sendiri aja saat denger pemilihan dilakukan ke kelas kelas, berharap nanti Cindai udah balik dari Manado, berharap juga bisa mendapat dukungan darinya.
“Kenapa gas?” tanya Fatah
“Ah gak papa” jawabnya

***

Sekolah emang bisa menjadi tempat untuk ajang tebar pesona, mempromosikan diri sendiri supaya dikenal oleh banyak orang. Caranya juga macem macem, ada yg ikut ekskul basket biar diliat keren oleh cewe cewe, ada yg ikut cheer leader supaya diliat oleh cowo cowo dan bermacam macam ekskul yg dijadikan sebagai ajang tebar pesona. Banyak yg bilang Bagas juga sedang melakukan tebar pesona dengan mencalonkan diri sebagai ketua osis namun mau tebar pesona ke siapa kalo seseorang yg ingin ditebarpesonakannya saja engga ada. Dia hanya ingin membuktikan satu hal pada Cindai, dia juga ingin diliat olehnya kalo sekarang dia udah berubah – yaps be-ru-bah, termasuk berubah dalam penampilan. Menjelang pemilihan ketua osis, menjelang kedatangan Cindai yg belum tau kapannya – Bagas berbenah diri dalam penampilannya. Engga banyak sih dia cuma mencukur beberapa helai rambutnya agar terlihat lebih fresh.
“Keren banget ka” ujar gadis kecil masuk ke kamar Bagas - melihat kakanya bergaya di depan cermin
“Iya dong”
“Lagi suka sama cewe ya?” tanya nya polos
“Heh masih kecil udah ngomong gitu” ujar Bagas ke adiknya yg baru kelas 3 SD
“Abisnya kaka aneh”
“Tapi keren kan?”
“Huuuuuu” adik Bagas malah melengos pergi
Terdengar deringan suara handphone Bagas yg ternyata itu sms – sms dari Cindai
“Aku udah di Jakarta” seperti itu sms Cindai ke Bagas
“YESSS!!!!” ucap Bagas kegirangan
Tentu dia gak akan membalas sms Cindai dengan kata ‘YES’ – stay cool tapi dengan hati yg sama sekali engga cool.
“Kok gak bilang bilang?” balas Bagas
“Surpise!” replay Cindai
“Hahaha” Bagas cuma membalas seperti itu dan kali ini benar, memang sejalan dengan apa yg dia tulis dan yg dia rasakan.

Pagi ini terasa begitu cerah, terhirup begitu segar dan tergambarkan begitu ceria. Cindai kembali ke sekolah dengan tumpukan rindu yg segunung terhadap teman temannya. Dia emang sengaja tidak memberitau teman temannya kalo hari ini dia akan masuk – berharap dia akan memberi kejutan untuk teman temannya yg udah lama gak dia temui.
“Pagi” sapa Cindai saat masuk ke ruang mading
“Cindai!!??” ucap anak anak serempak, juga serempak dengan keheranannya
“Hay!”
“Haiiii…” mereka membalas sapaan Cindai dan temu kangen dengan memeluk satu sama lain
“Kok gak bilang bilang sih kamu udah balik ke Jakarta?” tanya Novi
“Surpise!!!” jawab Cindai dan direspon tawa oleh semuanya
“What I missed?” tanya Cindai
“Buanyak banget!” jawab Gilang
Masih temu kangen bersama anak anak, cerita ini itu, kejadian apapun yg terjadi selama Cindai gak ada di sekolah – semuanya diceritakan sangat antusias oleh anak anak. Semuanya terlihat senang – semuanya kecuali Bagas. Ya Bagas memang engga ada di sana, Gilang yg menyadari hal itu langsung sms Bagas seperti...
“Cindai udah masuk sekolah, lagi di ruang mading” sms Gilang ke Bagas
Bagas yg ada di lantai 2, di ruang osis untuk ngurusin keperluanya buat besok langsung gugup ketika membuka sms dari Gilang, bukan gugup karena sms dari Gilang tapi gugup karena pesan yg disampaikan Gilang. Seketika itu jantungnya kembali berulah, berdetak kencang tak teratur tapi lebih tak teratur irama jantungnya dibandingkan penampilannya. Dengan potongan rambut barunya, baju yg disetrika rapih, parfume yg hampir setengah botol membuat dia lebih percaya diri menemui Cindai. Berlari dari ruang osis, menuruni tangga, melewati koridor, menerobos kerumunan anak anak sampai ada yg teriak ‘woy jalan pake mata dong’ – dia engga peduli, tetap berlari menuju satu tempat. Mengalahkan pemain bola – yg saat berlari pun mereka masih melihat lihat temennya. Saat sampai ruang mading, dia langsung membuka pintu itu…
Semua mata tertuju pada orang yg membuka pintu itu, terlihat Bagas yg ngos ngosan mencari cari sosok Cindai. Cindai yg tadi duduk membelakangi pintu langsung melihat ke arah si pembuka pintu itu – melihat Bagas dengan rambut barunya, mukanya terlihat ngos ngosan tapi tetap fresh membuat mata tak ingin diganggu sejenak melihat seseorang yg dikangenin selama ini. Anak anak yg melihat kejadian ini pun engga mau ngomong apa apa dulu – mereka hanya liat liatan, seperti saling mengerti untuk memberi waktu pada dua anak manusia itu.
“Hai” ucap Bagas pada Cindai
“Hai” ucap Cindai pada Bagas

-bersambung-

Label: ,



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria