KakaTriaa Blog
Cerbung BaDai: part VI “Aku Ingin Dia Lebih Baik”

4/05/2013 @ 10:13 PM | 0 Comment [s]

Casts: Cindai, Bagas, Difa, Novi, Gilang, Dinda, Salma, Angel dan Chelsea Idola Cilik.
Guests: Mama Ira, Kak Okky, Rina dan Winda

Saat di panggung semua mata tertuju pada ku, termasuk anak anak mading menatap ku keheranan. Aku engga tau apa yg terjadi sampai bisa namaku dipanggil. Aku cuma mikir ini pasti kerjaan Bagas, cuma dia yg tau aku pernah nyanyi di sekolah. Aku emang sering berdiri di depan banyak orang seperti ini tapi tidak untuk nyanyi. What should I do? Bagas melihat ku dari bawah, berdiri di kerumunan orang – menatap ku penuh yakin seperti memberi suntikan suplemen dan yakin kalo aku bisa melakukannya. Jejeran juri yg dari tadi melihatku, seperti nya juga bingung melihat aku kebingungan.
“So what would you like to sing, Cindai?” tanya Miss Winda dari meja juri
Aku bingung mau nyanyi apa, engga ada persiapan sama sekali. Aku juga engga begitu tau lagu lagu sekarang. Entah seperti apa ekspresiku di panggung saat itu
“Cindai, mau nyanyi lagu apa?” tanya Ibu Ira
Lagi lagi aku engga bisa jawab mau nyanyi lagu apa, aku engga pernah sebingung ini di depan banyak orang. Pengen rasanya turun dari panggung, menyudahkan ini semua – tapi melihat semua orang melihat ku disini, penuh harap termasuk Bagas, aku jadi engga tega mengecewakan mereka.
“Cindai, yg kemarin” bisik Bagas dari kejauhan.
Walaupun engga terdengar omongan Bagas tapi aku bisa lihat omongan itu dari mulutnya. Iya benar, Bagas satu satu nya alasan yg membuatku menyanyi kemarin.
“I would like to sing, Usah Kau Lara Sendiri” jawabku kurang yakin
“Okay, go on” jawab Miss Winda
Aku engga tau apa yg ku lakuin benar atau tidak tapi yg jelas aku engga mau mengecewakan Bagas yg udah begitu percaya terhadap ku.
Ku lihat embun menghalangi pancaran wajahmu
Tak terbiasa ku dapati terdiam mendura
Apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu
Sekilas kalau mata ingin berbagi cerita
Ku datang sahabat bagi jiwa
Saat batin merintih
Usah kau lara sendiri, masih ada asa tersisa…
            Letakkan lah tangan mu di atas bahu ku
            Biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
            Oh di depan sanak cahya kecil tuk memandu
Tak hilang arah kita berjalan
Menghadapinya…
Semua orang diam – tertegun setelah ku menyanyi. Engga tau kenapa mereka seperti itu, mungkin karena nyanyian ku kacau, salah nada atau apalah – yg jelas mereka diam! Aku jadi bingung mau ngapain setelah nyanyi. Aku liat Bagas, dia tersenyum dari jauh. Manis sekali… dan kemudian mereka baru merespon nyanyianku dengan tepuk tangan. Aku jadi terharu…
“Cindai, kamu bagus bangget!!!” kata bu Okky
“Kamu kenapa engga nyanyi dari dulu sih?” Kata bu Rina
“Kamu sejak kapan mulai nyanyi?” kata Miss Winda
Pertanyaan pertanyaan itu engga langsung aku jawab, mendengar semua penonton pada teriak jadi engga punya kesempatan buat ngomong. Di awali dengan senyuman aku mulai menjawab,
“Hmm ketika aku punya alasan kuat untuk menyanyi, maka aku akan menyanyi” jawabku
“Apapun alasan kamu, kamu harus tau kalo kamu punya bakat di bidang ini” komen ibu Ira
Jawabku dengan senyuman. Menuruni panggung dengan sambutan yg meriah dari anak anak aku seperti artis yg baru turun dari panggung, baru kali ini aku mengalami hal kayak gini dan semua itu karena Bagas…

-di Backstage-
“Ya ampun Cindai kenapa kamu engga pernah bilang kalo kamu bisa nyanyi sih?” ujar Novi
“Iya! Tau gitu kan kita ikut contest ini bareng bareng” lanjut Difa
“Atau kamu sengaja engga pengen kita kita tau ya?” celetuk Gilang
“Hah? Kenapa? Kamu bagus gitu koq, masa engga pengen ada yg tau sih” heran Dinda
Mereka semua mencecer aku dengan pertanyaan pertanyaan itu, bak selebritis yg dicecer pertanyaan dari wartawan.
“Satu satu kek nanya nya. Aku juga engga tau kenapa bisa ikut acara ini. Kayaknya ada yg sengaja daftarin aku deh” ungkap ku
“Hah siapa?” tanya Difa
“Pasti Bagas!” Gilang berspekulasi
“BAGAAASS??!!” anak anak heran
“Tuh kan tuh kan Bagas lagi, sebenernya ada apa sih ndai kamu sama Bagas?” tanya Novi
“Iya engga mungkin Bagas ngelakuin ini ke kamu kalo engga ada apa apa” sambung Dinda
“Bahas ini lagi, ini lagi - udah ah” jawabku males
“Ciyeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee” anak anak meledekku
Disaat anak anak meledekku, Bagas datang. Habislah aku, anak anak tambah gencar meledek
“Ciyeeeeeeeeeeeeeeeeee yg diomongin dateng…” ledek Difa
“Ciyeeeeeeeeeeeeeeeeeeee” lagi lagi anak anak kompak!
“Eh gas bener kamu yg daftarin Cindai?” tanya Dinda
“Ah engga! Siapa yg daftarin dia?! Gue aja baru tau kalo dia bisa nyanyi” jawab Bagas agak jutek sambil melirik ke arah ku
“Serius?! Tadi Gilang bilang gitu” ujar Difa
“Sotoy banget loe lang” jawab Bagas jutek
“Udah lah yuk, kita ke kantin aja ya. Males juga ama orang jutek kayak dia” jawab Novi
Aku engga tau kenapa Bagas selalu bersikap engga ramah sama temen temennya sendiri. Sampai akhirnya mereka meninggalkan aku dan Bagas.
“Gas, kamu kenapa sih sikapnya jutek gitu sama anak anak?” tanya ku
 “Siapa yg jutek? Biasa aja ah…” jawabnya nyantai
“Ohh gitu… yaudah lah aku ikut mereka aja ya” jawabku sambil berusaha meninggalkan dia
“Eh ndai, entar dulu kek. Gue belom ngomong apa apa” ujarnya berusaha menghentikan ku
Badan ku berbalik, melihat ekspresi Bagas yg seperti tidak ingin ditinggalkan. Dia lucu saat seperti itu, aku jadi bisa melihat sisi lain dari Bagas yg jarang diliat oleh orang orang.
“Kamu yg daftarin aku kan?” tanya ku menatapnya
“Daftarin apa? Engga…” jawabnya berusaha engga mau lihat tatapan aku
“Udah lah gas kamu gak bisa boong sama aku, mungkin kamu bisa boong sama temen temen aku”
Bagas cuma menjawab dengan anggukannya…
“Ya…ya…ya lagian kasian aja gue sama loe, punya bakat tapi engga ada yg tau” tambahnya lagi
Aku hanya senyum senyum aja melihat jawaban dia dengan ekspresi yg sangat kaku dan seperti salah tingkah. Tapi dia tetep lucu bagi ku…
“Gitu ya?”
“Iya lah!”
“Ke kantin yuk?” ajak ku
“Ke kantin? Sama mereka mereka itu? Engga deh” jawabnya
“Ayolah gas…” pinta ku sambil memegang tangannya
Dia menatapku “Males ah ndai…”
“Ayooo ah…” menggandeng nya maksa
Baru mau beranjak dari backstage ruang lab teater, tiba tiba seperti biasa Chelsea dan Angel datang, spoiled everything!
“Eh ndai apa apaan sih loe narik narik Bagas begitu” bentak Angel
Langsung aja melepaskan gandengan ku
“Tau nih, kalo Bagas engga mau ya gak usah dipaksa kale!” tambah Chelsea
“Siapa bilang gue gak mau?! Gue mau koq. Ini kita berdua mau ke kantin” ucap Bagas yg kini gantian menggandeng ku
Angel, Chelsea hanya heran melihat sikap Bagas yg berubah seratus persen. Engga cuma Angel dan Chelsea doang juga sih, aku juga bingung sama kelakuan tuh anak – bisa berubah ubah secepat itu. Kami berdua meninggalkan Angel dan Chelsea.

-di Kantin-
“Udah ya, elu aja yg ke kantin” ujar Bagas sambil melengos ingin pergi
“Lah gas, gimana sih katanya mau ke kantin juga” jawabku sambil menarik tangan nya
“Aduh ndai, males banget nih gue” rengek nya
“Ayo lah gas… pliss!!!” pinta ku
Melihatku merengek kepadanya, mungkin membuatnya jadi gak tahan
“Iya iya…” ucap nya males
“Senyum dong”
“Loe tuh bukan cuma cewe bawel ya tapi juga banyak maunya!” jawabnya jutek dan diakhiri senyuman kaku dari bibirnya.
Aku suka melihat tingkah nya yg gemesin gitu, Bagas emang bukan orang yg selalu ramah pada semua orang tapi dia tetep bisa bersikap semanis ini. Mungkin hanya orang orang saja yg gak pernah liat itu.

“Cindai!” teriak Difa melambai lambaikan tangan, mengajak kami gabung
“Tumben lu gas mau ngumpul bareng kita” celetuk Novi
“Gue juga males kali sebenernya” jawabnya males. Aku menginjak kaki nya di kolong meja, berusaha memberi tanda untuk bersikap lebih ramah “Awww!!!” teriaknya
“Eh kenapa?” tanya Gilang
“Engga papa, mungkin Bagas udah laper banget aja kali ya… ya kan gas?” jawabku sambil menatapnya penuh kode
“Hmm iya…” jawabnya kaku
Kami menghabiskan waktu bersama di kantin sambil menunggu pengumuman siapa yg lolos ke babak berikutnya. Sesekali Bagas keceplosan berbicara jutek dan saat itu pun aku berusaha untuk mengingatkannya. Sepertinya dia menerima nerima saja aku berbuat seperti itu, aku cuma ingin dia sikapnya kembali ramah seperti dulu – seperti yg diceritakan anak anak. Aku ingin dia menjadi lebih baik.

-Pengumuman-
Ada beberapa anak yg berhak lanjut ke babak berikutnya. Dengar dengar babak berikutnya itu babak final, tinggal menentukan mana yg nomer 1,2 dan 3. Yaa engga heran, ini kan acara sekolah, ruang lingkupnya juga hanya di sekolah.
Yg lanjut ke babak berikutnya, dua diantaranya adalah Difa dan Chelsea. Novi, Gilang, Dinda, Salma dan Angel engga lanjut ke babak berikutnya. Aku tau mereka hebat tapi mungkin juri punya alasanya sendiri untuk tidak meloloskan mereka. Tinggal aku yg was was menanti pengumuman – entah kenapa jadi antusias dengan hasilnya padahal keikutsertaanku saja dengan ketidaksengajaan.
Cindai !!!
Juri memanggil namaku. Sontak kami semua loncat loncat kegirangan saat namaku disebut di daftar nama yg lolos ke babak berikutnya. Reflek ku juga sampai memeluk Bagas yg juga ikut gabung dengan anak anak mading. Aku engga tau gimana ekspresi Bagas saat itu dan mungkin juga gak mau tau, yg ada hanya kegirangan di hati saat itu. Sampai akhirnya aku sadar kalo Bagas juga membalas pelukanku dan saat itu sontak aku lepaskan pelukan ku…

-bersambung-

Label: ,



Older Post | Newer Post
Navigations!

Refresh About Cerpen Cerbung


Let's Talk!

Followers!


message?


The Credits!

Template by : Farisyaa Awayy
Basecode by : Nurynn
Full Edited : Tria